Jumat, 28 November 2014

SELAMATKAN DUNIA DENGAN SENYUMAN

Oleh : Indra Nurul Hayat, S.Pd.I


“Tersenyumlah sebelum senyum itu dilarang”, tersenyum[1] adalah tertawa hanya terlihat pada mulut saja tanpa suara atau tawa kecil, jadi tak ada perbedaan antara senyuman dan tertawa kecuali dalam prakteknya. saya datang membawa senyuman karna saya merasa semua sudah paham dengan tersenyum tetapi belum banyak paham bahwa salah satu rahasia menaklukkan hati itu dengan senyuman, dan saya mengajak semua untuk Selamatkan Dunia Dengan Senyuman, tak perlu ada pertanyaan “Bagaimanakah kau menyelamatkan Duniamu ?” jawaban hati anda pasti akan menjawab dengan “Senyuman”, baru anda yang bertanya “why” ? dan sekarang aku akan menjawab seperti dibawah ini.

Tanamlah senyuman di jagat ini
Jangan engkau cemari kebaikan dengan kemurungan dan kesedihan
Jadilah engkau duta pembawa kebahagiaan di jagat ini
Jadilah engkau pembawa senyuman seperti Rasulullah
Senyuman sungguh menyenangkan
Senyuman merupakan sunahnya
Dengan senyuman, pahala dapat terkumpul

Sejelek-jelek dan serendah-rendah perilaku adalah sikap murung[2].
Apabila kamu menginginkan agar banyak orang yang mencintaimu tanpa pamrih, maka sebarkanlah senyuman kepada mereka dengan muka penuh ceria. Insya Allah, mereka akan mencintaimu. Sambutlah mereka semua dengan senyumanmu, maka mereka akan lembut dan ramah terhadapmu karena senyuman adalah kunci untuk membuka hati seseorang. 

Senyuman adalah gerak mulut tanpa suara, yang biasanya menunjukan adanya rasa gembira dan bahagia. Allah SWT berfirman,

  

“Maka Dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) Perkataan semut itu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".(QS An-Naml (27):19) [3].

Senyuman sangat disukai Rasulullah SAW. Dari jarir bin Abdullah Al-Bajali ra, ia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah melihatku kecuali selalu menyertainya dengan senyuman.” (HR Bukhari dan Muslim)

Selain disukai oleh Rasulullah, senyuman merupakan salah satu wasiat Rasulullah SAW kepada manusia sehingga beliau mengangkat derajat senyuman sabagai sebuah sedekah. Abu Dzar ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, Senyuman pada saudaramu merupakan (sebuah) sedekah.” (HR Tirmidzi)[4].

Senyuman, mari kita perbanyak tetapi tertawa harus kita sedikitkan, karena senyuman berbeda dengan tertawa, terlalu banyak tertawa adalah tercela dan akan menghilangkan kewibawaan dan harga diri, bahkan dapat mematikan hati. Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Dan sedikitlah tertawa, karena terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR Tirmidzi).

Umar bin Khatthab ra[5] berkata, “Barangsiapa yang banyak tertawa, sedikitlah kemuliaannya, dan barangsiapa yang banyak melakukan sesuatu, ia akan dikenal dengannya.”

“Sesungguhnya membiasakan diri dengan terlalu banyak tertawa dapat menyimpangkan dari perkara-perkara yang penting. Tertawa dapat menghilangkan kesadaran akan bencana dan kedudukan. Orang yang melakukan bukanlah orang yang mulia dan berwibawa dan juga bukan orang yang sadar akan bahaya serta kemuliaan diri.” Perkataan dari Al-Mawardi rahimahullah.

Al-Zujaj rahimahullah dan Umar bin khatthab ra berkata, Tersenyum adalah senda gurau.”  Senyuman memiliki kekuatan hebat sehingga mampu memengaruhi seseorang dan merupakan amalan yang sering dilakukan oleh para Nabi.

Tersenyum dapat bermanfaat untuk meraih hati dan simpati, memperbanyak kebaikan serta menghapus keburukan. Selain itu, tersenyum mempunyai manfaat yang lebih dari semuanya, karena sebagai pembentuk karakter, pendorong rasa gembira, melahirkan sikap lapang dada, dan dapat mendorong seseorang untuk dapat meraih kebahagiaan hidup.

Didalam bukunya yang berjudul al-Bukhala, Al-Jahid berkata “Dan bagaimana mungkin senyuman tidak menjadi pembangkit rasa bahagia? Sesungguhnya, hidup ini membutuhkan senyuman. Dengan senyumlah manusia tercipta. Bukankah senyuman merupakan hal pertama yang dapat kita lihat dari seorang bayi ? Dengan tersenyum, jiwa seorang bayi akan semakin baik sehingga ia dapat bertumbuh dengan baik. Darah yang mengalir dalam tubuhnya menyebarkan rasa bahagia yang dijadikan sebagai sumber kekuatan hidupnya. [6]

Ahmad Amin juga pernah berkata di dalam bukunya yang berjudul Faidh al-Katsir, “orang-orang yang dalam hidupnya mampu tersenyum, bukan hanya dapat meraih kebahagiaan untuk dirinya sendiri saja, melainkan lebih dari itu, mereka juga mampu bekerja lebih baik serta lebih siap mengemban tanggung jawab, lebih tegar menghadapi berbagai kesulitan, terampil menangani berbagai kesukaran, serta sangat siap mengerjakan berbagai urusan besar yang sangat bermanfaat bagi mereka dan semua manusia. [7]

Seorang istri yang cantik, apalah artinya jika ia selalu bermurum durja, sehingga merubah rumahnya laksana neraka jahanam ? jauh lebih baik darinya, seorang istri yang tidak terlalu cantik, tetapi dapat menjadikan rumahnya laksana surga. Senyuman yang lahir dari hati yang penuh keridhaan mampu menyulap kehidupan menjadi penuh keceriaan. Sebaliknya, senyuman yang tampak hanya menghiasi bibir saja, tidak lahir dari ketulusan hati, sesungguhnya senyuman itu tidak bernilai apa-apa. Bisa jadi, senyuman itu merupakan cerminan jiwa yang tertekan hingga tekanannya mampu menembus hati saudara dan sahabat yang berada di sekitarnya. Bukan rasa cinta yang terasa, melainkan kesedihan, ketidakberdayaan, dan kesedihan mendalam.       

Tersenyumlah, karena seekor merpati kehitam-hitaman telah lama tertidur.
Pada wajahmu yang ceria, telah tampak fajar yang menyinari gelapnya pagi.
Tersenyumlah dan tambahlah bekal kita yang sedikit untuk perjalanan kita.
Senyuman adalah sebaik-baik perbekalan bagi para musafir.
Telah lama rasa cinta antara aku dan engkau terputus.
Padahal, kita adalah dua orang yang bertetangga.
Sungguh aneh karena tak kutemukan hal mengagumkan pada dirimu.
Padahal sepanjang hari aku menunggumu dengan penuh kesabaran
dan mendambakan kesuksesan.[8]




[1] S. Wojowasito, Kamus Bahasa Indonesia EYD Menurut Pedoman Lembaga Bahasa Nasional, (C.V. Pengarang). Hal. 371.
[2] Abu Abdullah al-Habsyidi, Adakah Cinta di Hatimu ? Metode Terbaik Untuk Meraih hati, Bandung : MQ Publishing, 2007. Hal. 19.
[3] Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya Juz 1 – Juz 30, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994).
[4] Balai Litbang LPTQ Nasional, Seratus Hadits Tarjamah Lafdziyah, Yogyakarta : Team Tadarus “AMM” , 1995. Hal. 49.
[5] Sahabat utama nabi Muhammad saw dan salah satu khulafa al-Rasyidin.
[6] Abu Abdullah al-Habsyidi, Adakah Cinta di Hatimu ? Metode Terbaik Untuk Meraih hati, Bandung : MQ Publishing, 2007. Hal. 22-23.
[7] Abu Abdullah al-Habsyidi, Adakah Cinta di Hatimu ? Metode Terbaik Untuk Meraih hati, Bandung : MQ Publishing, 2007. Hal. 23.
[8] Abu Abdullah al-Habsyidi, Adakah Cinta di Hatimu ? Metode Terbaik Untuk Meraih hati, Bandung : MQ Publishing, 2007. Hal. 22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar