Sabtu, 12 Mei 2012

SUKU BALI


BAB I
LATAR BELAKANG

Suku Bali adalah sukubangsa yang mendiami pulau Bali, menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali. Sebagian besar suku Bali beragama Hindu, kurang lebih 90%. Sedangkan sisanya beragama Buddha, Islam dan Kristen.
Ada kurang lebih 5 juta orang Bali. Sebagian besar mereka tinggal di pulau Bali, namun mereka juga tersebar di seluruh Indonesia.
Penyebaran orang Bali ke luar Bali sudah terjadi sejak jaman dahulu kala. Contohnya, pada tahun 1673, ketika penduduk kota Batavia berjumlah 27.086 jiwa sudah terdapat 981 orang Bali. Adapun komposisi bangsa-bangsa lainnya di masa itu adalah sebagagai berikut: 2.740 orang Belanda dan Indo, 5.362 orang Mardijker, 2.747 orang Tionghoa, 1.339 orang Jawa dan Moor (India), dan 611 orang Melayu. Penduduk yang bebas ini ditambah dengan 13.278 orang budak (49 persen) dari bermacam-macam suku dan bangsa (demikian Lekkerkerker). Sebagian besar orang Bali di Batavia didatangkan sebagai budak belian.
Salah satu jejak pengaruh bangsa Bali pada kebudayaan Betawi adalah kesenian Ondel-Ondel. Orang-orangan raksasa ini berasal dari kesenian Barong Landung Bali. Akhiran-in dalam bahasa Betawi, misalnya dalam kata: mainin, nambahin, panjatin, dll yang kemudian juga diadopsi sebagai akhiran yang populer dalam bahasa gaul Indonesia juga berasal mula dari akhiran -in yang lazim dalam tata bahasa Bali.


BAB II
PEMBAHASAN SUKU BALI

1.    PENGERTIAN SUKU BALI

Suku ialah unit sosial MADAT tertinggi, yang terdiri dari satu atau lebih marga. Setiap marga terdiri dari minimal satu Nama Keluarga. Setiap marga memiliki minimal satu keluarga .
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti “Kekuatan”, dan “Bali” berarti “Pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil yang beribu kota Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tempat tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Suku bangsa Bali dibagi menjadi 2 yaitu: Bali Aga (penduduk asli Bali biasa tinggal di daerah trunyan), dan Bali Mojopahit (Bali Hindu / keturunan Bali Mojopahit).

2.    SEJARAH SUKU BALI

Suku Bali adalah sukubangsa yang mendiami pulau Bali, menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali. Sebagian besar suku Bali beragama Hindu, kurang lebih 90%.Sedangkan sisanya beragama Buddha, Islam dan Kristen. Ada kurang lebih 5 juta orang Bali.Sebagian besar mereka tinggal di pulau Bali, namun mereka juga tersebar di seluruh Indonesia.
Bali, yang dengan tepat disebut Bali Anka, artinya tempat lahir orang-orang kuat, pada sebuah prasasti Bali disebut dalam suatu naskah Tiongkok sebagai P’o-li. Dikatakan bahwa yang memerintah P’o-li adalah seorang raja dari keluarga Kaundinya, dan dinyatakan bahwa beliau mengirim perutusan-perutusan diplomatik ke Tiongkok pada triwulan abad keenam M.
Sanjaya, penulis prasasti Cangala di Jawa Tengah (732 M), diakui dalam karya Jawa-Kuno yang terakhir sebagai tokoh yang merebut Bali bersama-sama dengan wilayah-wilayah di seberang lautan lainnya. Sejak abad kedelapan atau kesembilan M, bekas-bekas Buddhisme diketemukan di tempat itu yang mungkin berasal dari Sumatera atau Jawa karena mungkin dengan adanya hubungan yang langsung dengan India.
Prasasti pertama yang diberi tanggal itu menyebut seorang raja yang bernama Ugrasena (915-942), yang hidup sezaman dengan Raja Sindhok di Jawa Timur. (Suatu prasasti lebih awal (914 M), menunjuk kepada Adhipati Sri Kesariwarma). Seperti dinyatakan oleh Prof. Dr. George Cedes, kita ketemukan dari catatan-catatan tsb suatu masyarakat Hindu-Bali, tidak sama seperti di Jawa, yang menganut Hinduisme dan Buddhisme bersama-sama, dan berbicara sebuah dialek yang khas Bali.
Pada pertengahan kedua abad kesepuluh, kita mendapatkan beberapa nama bangsawan yang bergelar Warmadewa. Kita mendapatkan nama seorang ratu yang bernama Subhadrikawarmadewi. Prasasti tahun-tahun 989-1022 menyebut nama-nama Raja Udayana dan Ratu Mahendradatta. Ratu ini adalah seorang cucu buyut dari Sindok. Pernikahan ini, menyebabkan semakin mendalamnya penetrasi kebudayaan Jawa, terutama Tantrisme, ke pulau Bali . Airlangga adalah yang menyebabkan pernikahan.
Prof. Dr. F.D.K. Bosch. dari Kern Institute, mempunyai cerita yang aneh tentang pasangan bangsawan ini. Waktu berbicara mengenai persamaan yang sangat mirip antara perkembangan kebudayaan Kambudia dan Jawa pada acara peringatan 50 tahun berdirinya yayasan Ecole Francaise d’Extreme Orient tahun 1952, beliau mengatakan: “Ada alasan yang kuat untuk percaya bahwa Udayana Warman I dari Kambudia, yang memerintah relatif singkat, adalah pangeran yang sama dengan nama Udayana (di Bali dan Jawa) dan telah memainkan peranan penting sebagai ayah Airlangga yang termashur.
Kira-kira pada tahun 970, seorang puteri Kambudia, berduaan dengan Udayana, melarikan diri dari istana Kambudia, waktu masa-masa kesusahan perang penggantian raja. Puteri tersebut menyelamatkan diri ke Tanah Jawa di mana seorang raja Kambuja yang amat terkenal, Jayawarman II, juga telah hidup dalam pengasingan sebelum beliau pulang kembali ke Kamboja. Waktu di Jawa pangeran Kambudia, Udayadityawarman menjadi dewasa dan pada usia 15 tahun beliau menikah dengan seorang puteri Jawa. Persekutuan Khmer-Jawa ini memperkuat posisi yang memerintah di Jawa, dan sekarang merebut Bali . Kemudian beliau mengangkat Pangeran Udayana (atau Udayaditya) dan mempelainya menjadi gubernur Bali . Sekitar tahun 1009, Udayaditya dengan bantuan orang-orang Jawa merebut tahta Kambudia.
Akan tetapi beliau tidak dapat tetap berada di Jawa untuk hanya satu tahun saja, dan beliau dipaksa untuk kembali ke Bali , di mana beliau memerintah sebagai gubernur sampai tahun 1022 sekitar tahun 991 Airlangga lahir dan pada usia yang muda menyeberang ke Jawa untuk menikah dengan puteri raja yang memerintah di Jawa Timur. Barangkali nama Airlangga berasal dari kisah hidup beliau. “Airlangga” artinya “ia yang menyeberang air yaitu selat yang memisahkan Bali dari Jawa. Airlangga, Beliau tampaknya mewakilkan pemerintahan Bali, tempat beliau dilahirkan, kepada seorang wakil raja, Dharmawamsa Marakatapankaja, yang namanya tampak di prasasti-prasasti Bali selama tahun 1020-1025.
Selama tahun 1049-1077, prasasti-prasasti Bali menunjuk kepada ‘anak wungsu,’ misalnya balaputra (anak bungsu) – mungkin keluarga dekat Airlangga. Suradhipa dan Jayasakti adalah nama-nama raja-raja yang tampil pada masa 1115-1150 M. Seratus tahun kemudian, Kertaanagara raja Singasari, setelah mengkonsolidasikan posisi beliau di Sumatera pindah ke Bali . Pada tahun 1284 beliau memenjarakan raja Bali.

3.    UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN SUKU BALI

a.    Bahasa

Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.  Dapat disimak pada beberapa contoh berikut :
Wěwangsalan :
a.    Subă bawang buin tambusin,
Subă tawang buin tandruhin.
(Artinya : sudah tau tapi pura-pura tidak kenal).
b.    ClÄ›bingkah bantan biu,
Gumi lingkah ajak liu.
(Artinya : bumi yang halus ini adalah untuk anekaragam kehidupan).
Bahasa Bali juga banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan lewat bahasa Jawa ini, juga bahasa Sansekerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang disebut basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Banyak kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:  
Melayu    Bali    Jawa Kuna    Jawa Baru
Dua    Dua    Rwa    ro, loro
Jalan    Jalan    Dalan    Dalan
Dengar    DingÄ›h    RÄ•ngö    Rungu
Jarum    Jaum    Dom    Dom
Jauh    Joh    Doh    Doh
Ada    Ada    Hana    Ana
Beli    BÄ›li    wÄ•li, tuku    Tuku
jari, jeriji    Jriji    (?)    Driji
betis, kaki    batis, bais    jöng, suku    Sikil
Hidup    Idup    Hurip    Urip
air, ayer    Yèh    Wway    we, banyu
Buah    buah, woh    Wwah    Woh
Di    Di    ri, ring    i, ing
Telur    Taluh    Antiga    tigan, Ä•ndhog
Jemur    JÄ›muh    (?)    Pepe
Bunga    Bunga    Kambang sÄ•kar    KÄ•mbang sÄ•kar
Nasi    Nasi    SÄ•ga sÄ•kul    SÄ•ga sÄ•kul
Hujan    Ujan    Hudan    Udan

b.    Religi

Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India.
Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.
Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni :
a.    Tattwa (filsafat agama),
b.    Etika (susila),
c.    Upacara (yadnya).

Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu
1)    Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa.
2)    Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur.
3)    Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.
4)    Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta.
5)    Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.

Ada juga yang berbeda dengan Desa Trunyan, tradisi kamar mayat. Mulai dari Toya Bungkah, banyak perahu akan menyeberangi danau menuju ke sebuah desa Bali Aga, yang dikenal dengan nama Trunyan. Tempat ini terkenal dengan tradisi kamar mayatnya. Berbeda dengan pengkremasian mayat yang biasa dilakukan penduduk Bali di seluruh pulau, masyarakat Trunyan meninggalkan tubuh mayat di bawah pohon Trunyan agar membusuk secara alami di sebuah kuburan khusus. Meskipun begitu, mayat-mayat ini tidak meninggalkan bau menyengat, Desa Trunyan yang terletak di dekat danau.

d.    Mata pencaharian

Mata pencarian penduduk beranekaragam yang meliputi pekerjaan sebagai petani, pengerajin, pedagang dan berbagai jasa khususnya bidang kepariwisataan. Pertanian merupakan mata pencarian pokok masyarakat dan sebagian besar masyarakat bali adalah petani.  Jenis pertanian meliputi pertanian sawah dan perkebunan. Didalam system pertanian di bali subak memegang peranan yang sangat penting.  Saat ini di Bali terdapat sekitar 1.482 subak dan subak abian sekitar 698.
Subak merupakan salah satu lembaga tradisional yang  merupakan satu kesatuan para pemilik atau penggarap sawah yang menerima air irigasi dari satu sumber air atau bendungan tertentu. Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, social dan keagamaan.Tugas warga subak pada umumnya adalah mengatur pembagian air, memelihara dan memperbaiki sarana irigasi, melakukan pembrantasan hama, melakukan inovasi pertanian dan mengkosepsikan serta mengaktifkan upacara.

e.    Sistem kemasyarakatan

Kondisi alam suku bali seperti itu disertai pula oleh sedikit perbedaan antara penduduk pegunungan dengan dataran rendah. Dimana penduduk dataran tinggi jumlahnya lebih sedikit dan agak terpengaruh oleh kebudayaan luar, disamping bahasanya yang memang sedikit berbeda dengan bahasa orang Bali pada umumnya. Kelompok masyarakat di pegunungan ini lebih suka disebut sebagai orang Aga atau Bali Aga. Untuk membedakannya maka orang Bali yang lebih terpengaruh oleh agama Hindu disebut sebagai orang Bali Hindu.
Jumlah populasi suku bangsa Bali secara keseluruhan pada tahun 1982 adalah sekitar 2,6juta jiwa. Orang Bali Hindu tersebar hampir di seluruh dataran Bali. Bahasanya sendiri terbagi dalam beberapa dialek, yaitu : dialek Buleleng, Karangasem, Klugkung, Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan dan Jembrana. Bahasa Bali Hindu mengenal 3 tingkatan pemakaian bahasa, yaitu bahasa Alus, Lumrah (Madya) dan Bahasa Bali Kasar, berbeda dengan bahasa Bali Aga yang hampir tidak mengenal tingkatan seperti itu. Akan tetapi sekarang bahasa Bali Alus digunakan secara resmi oleh hampir semua golongan dalam pergaulan di daerah Bali sendiri.
Sistem garis keturunan dan hubungan kekerabatan orang Bali berpegang kepada prinsip patrilineal (purusa) yang amat dipengaruhi oleh sistem keluarga luar patrilineal yang mereka sebut dadia dan sistem pelapisan sosial yang disebut wangsa (kasta). Sehingga mereka terikat kedalam perkawinan yang bersifat endogamidaiadan atau endogamiwangsa. Orang-orang yang masihsatukelas (tunggalkawitan, tunggaldadia dan tunggal sanggah) sama-sama tinggi tingkatannya. Dalam perkawinan endogamiklen dan kastaini yang paling ideal adalah antara pasangan dari anak dua orang laki-laki bersaudara.
Masyarakat Bali Hindu memang terbagi kedalam pelapisan sosial yang dipengaruhi oleh sistem nilai yang tiga, yaitu utama, madya dan nista. Kasta utama atau tertinggi adalah golongan Brahmana, kasta Madya adalah golongan Ksatrya dan kastanista adalah golongan Waisya. Selain itu masih ada golongan yang dianggap paling rendah atau tidak berkasta yaitu golongan Sudra, sering juga mereka disebut jabawangsa (tidak berkasta). Dari kekuatan sosial kekerabatannya dapat pula dibedakan atas pande, pasek, bugangga dan sebagainya.
Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir semuanya dipengaruhi oleh keyakinan mereka kepada agama Hindu Darma yang mereka anut sejak beberapa abad yang lalu. Oleh karena itu studi tentang masyarakat dan kebudayaan Bali tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sistem religi Hindu.
Pola perkampungan/ permukiman orang Bali dari segi strukturnya dibedakan atas 2 jenis, yaitu :
a)    Pola perkampungan mengelompok padat, pola ini terutama terdapat pada desa-desa di Bali bagian pegunungan. Pola perkampungan di desa-desa ini bersifat memusat dengan kedudukan desa adat amat penting dan sentral dalam berbagai segi kehidupan warga desa tersebut.
b)    Pola perkampungan menyebar,  pola ini terutama terdapat pada desa-desa di Bali dataran, dimana baik wilayah maupun jumlah warga desa disini jauh lebih luas dan lebih besar dari desa-desa pegunungan. Desa-desa di Bali dataran yang menunjukkan pola menyebar terbagi lagi dalam kesatuan-kesatuan sosial yang lebih kecil yang disebut Banjar. Banjar disini pada hakekatnya adalah juga suatu kesatuan wilayah dan merupakan bagian dari suatu desa dengan memiliki kesatuan wilayah, ikatan wilayah, ikatan pemujaan, serta perasaan cinta dan kebanggaan tersendiri.
Tata kehidupan masyarakat Bali khususnya di Kabupaten Gianyar, secara umum terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a)    Sistem kekerabatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku, dan dipengaruhi oleh adanya klen-klen keluarga; seperti kelompok kekerabatan disebut Dedia (keturunan), pekurenan, kelompok kekerabatan yang terbentuk sebagai akibat adanya perkawinan dari anak-anak yang berasal dari suatu keluarga inti.
b)    Sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah/ territorial administrasi (perbekelan/kelurahan) yang pada umumnya terpecah lagi menjadi kesatuan sosial yang lebih kecil yaitu banjar dan territorial adat. Banjar mengatur hal-hal yang bersifat keagamaan, adat dan masyarakat lainnya.
Dari sistem kemasyarakatan yang ada ini maka warga desa bisa masuk menjadi dua keanggotaan warga desa atau satu yaitu : sistem pemerintahan desa dinas sebagai wilayah administratif dan desa pakraman. Dari kehidupan masyarakat setempat terdapat pula kelompok-kelompok adat.

f.    Sistem pengetahuan

Setiap suku bangsa memiliki seperangkat pengetahuan, hasil akumulasi pengalaman secara turun-temurun melalui proses belajar dari masyarakat lain, setiap suku bangssa biasanya mempunyai pengetahuan tentang alam sekitar, pengetahuan flora dan fauna, sistem pengobatan, sifat dan tingkah laku manusia, dan pengetahuan tentang ruang dan waktu lainnya.  Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan social yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan.
Dalam perkembangan sejarahnya sistem pengetahuan ini telah dimiliki oleh kelompok-kelompok masyarakat sejak masa lampau dan diwarisi dari nenek moyangnya. Sistem pengetahuan yang dimiliki ini merupakan sistem pengetahuan tradisional atau sistem pengetahuan pra-modern. Sistem pengetahuan tradisional memiliki sifat non-scientific knowledge yang kebenaranya tidak dapat dibuktikan atau diferifikasi melalui pengujian ilmiah. Pengetahuan tradisional mengenai alam sekitarnya merupakan pengetahuan yang timbul sebagai respon terhadap gejala alam yang dialami sebagai pengalaman dalam hidup manusia, berbagai sifat dan perubahan gejala alam sangat memengaruhi perkembangan akal dan pemikiran manusia dalam perjalanan hidupnya. Melalui pengalaman hidupnya berbagai sifat dan perubahan gejala alam tersebut mulai dikenali dan dipahami sehingga mereka dapat menyesuaikan dan mengatur pola kegiatan dalam kehidupannya untuk memperoleh manfaat dari alam sekitarnya untuk kelangsungan hidupnya.  Dengan demikian suku bali mempunyai pengetahuan tentang :
a)    Alam sekitarnya,
b)    Alam flora di daerah tempat tinggalnya,
c)    Alam fauna di derah tempat tinggalnya,
d)    Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya,
e)    Tubuh manusia,
f)    Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia,
g)    Ruang dan waktu.

g.    Sistem teknologi

Temuan-temuan prasejarah membuktikan bahwa masyarakat suku bali banyak dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan dan tipe sosial budaya dari luar, khususnya Hindu, Islam, dan tipe sosial budaya barat. Bukti budaya prasejarah itu ada yang berasal dari zaman paleolitik seperti kapak genggam di daerah kintamani dan sembiran, alat-alat dari zaman neolitik seperti kapak, pahat, beliung yang telah dihaluskan tersebar diberbagai tempat dibali, kemudian sisa-sisa megalitik yang ditemukan seperti tahta batu, punden berundak sebagai simbol kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ketempat yang tinggi melalui tingkatan-tingkatan.
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.
Anggota subak adalah orang-orang yang mempunyai sawah yang berada dalam satu areal persawahan, batas subak adalah semua sawah yang diairi dari sebuah bendungan (empelan) dan satu saluran utama (telabah gede). Air dari saluran utama ini terbagi dalam puluhan saluran kecil yang akan masuk ke sawah-sawah. Subak biasanya memiliki pura yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan Dewi sri, karena itu subak merupakan kelompok keagamaan yang menyelenggarakan upacara berkenaan dengan kegiatan pertanian yang bersangkutan, ditengah sawah terdapat sebuah pura seperti pura masceti, pura alun sawi. Upacara yang dilaksanakan sesuai dengan giliran berdasarkan pada sistem waktu yang disebut sebagai sistem masa untuk mencegah permintaan air yang berlebihan pada masa yang sama.

h.    Sistem kesenian

Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan film.
Seni arsitektur dibali dapat ditemui pada permukaan kayu, baik yang berupa peralatan rumah tangga, benda-benda seni, rumah, perahu, maupun benda-benda pusaka dan peralatan upacara, dibali benda-benda seni diukir kemudian dijual untuk keperluan pariwisata, dan ada pula ukiran yang dibuat di gapura dan pura untuk pemujaan pada nenek moyang atau dewata.  Bangunan-bangunan yang terukir pada dinding Candi jago dapat disaksikan pada pura-pura dibali. Namun, penampilan rumah tinggal orang bali yang sangat berbeda dari penampilan rumah orag jawa, rumah orang bali yang beragama Hindu dan terpengaruh oleh majapahit pada umumnya dibatasi pekarangan yang didalamnya terdapat beberapa bangunan berpanggung rendah diatas batur persegi empat.



BAB III
PENUTUP

-    KESIMPULAN

        Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil yang beribu kota Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tempat tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Bahasa Bali juga banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan lewat bahasa Jawa, dan kemudian dalam Mata Pencaharian penduduk bali beranekaragam yang meliputi pekerjaan sebagai petani, pengerajin, pedagang dan berbagai jasa khususnya bidang kepariwisataan. Pertanian merupakan mata pencarian pokok masyarakat dan sebagian besar masyarakat bali adalah petani.
Pola perkampungan/ permukiman orang Bali dari segi strukturnya dibedakan atas 2 jenis, yaitu :
a.    Pola perkampungan mengelompok padat,
b.    Pola perkampungan menyebar.



REFERENSI

•    http://id.wikipedia.org/wiki/Suku 
•    http://sejarah.info/2012/01/sejarah-budaya-pulau-bali.html
•    http://galeriwisata.wordpress.com/wisata-bali/kintamani-bali/
•    http://trinil.wordpress.com/2009/03/27/sekilas-sejarah-bali-kuno/
•    http://doriju7697.wordpress.com/2011/10/06/bahasa-bali/
•    http://de-kill.blogspot.com/2009/04/sekilas-budaya-bali.html
•    http://baliterkini.wordpress.com/2009/09/05/mata-pencaharian/
•    http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2009/11/04/sistem-kemasyarakatan-di-bali/
•    Tedi sutardi, Antropologi (mengungkap keragaman budaya untuk kelas XII SMA/MA Program Bahasa), PT Setia Purna Lues. Bandung.
•    http://nag7ege9.wordpress.com/
•    Bagoes Wirjomartono Dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia (Arsitektur), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
•    Mundardjito Dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia (sistem Teknologi), Raja Grafindo Persada jakarta , 2009.
•    Moh. Iskandar Dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia (sistem pengetahuan), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
•    Achadiati Ikram, Sejarah Kebudayaan Indonesia (bahasa, sastra, dan aksara), Raja Grafindo Persada, Jakarta,2009.
•    Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar