1. Pengertian paradigma manajemen pendidikan
2. Adanya Faktor yang Mempengaruhi Paradigma Manajemen pendidikan
3. Bentuk-bentuk Paradigma Manajemen pendidikan
4. Konsep dari manajemen pendidikan
PARADIGMA MANAJEMAN PENDIDIKAN
1. Pengertian Paradigma Manajemen pendidikan
Menurut Prof. Dr. Arifin Abduracman manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana. Jadi dalam hal ini kegiatan dalam manajemen terutama adalah mengelola orang-orangnya sebagai pelaksana[1]. Adapun pendapat dari Terry mengenai pendapat manajemen adalah suatu proses tertentu yang teridri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasana yang di lakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan dengan menggunakan manusia/orang-ornag dan sumber daya lainnya[2].
Jadi dapat kita simpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah segenap proses terlaksananaya suatu tujuan pendidikan, dengan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan tersebut dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pengoordinasian, komunikasi, pengawasan, kepegawaian, pembiayaan, dan penilaian atau evaluasi sehingga menjadi efektif dan efesien.
Arti paradigma adalah daftar contoh perubahan[3]. Jadi paradigama adalah cara pandang seseorang yang dapat mempengaruhi dirinya maupun lingkungan didalam berfikir dan bersikap.
Adapun Paradigma manajemen pendidikan dapat di artikan sebagai pandangan seseorang didalam melakukan pembaharuan atau perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik lagi dengan system-sistem yang lebih baik lagi demi mengahsilkan lulusan (Output) yang terbaik[4].
2. Adanya Faktor yang Mempengaruhi Paradigma Manajemen pendidikan
Paradigma manajemen pendidikan di pengaruhi oleh Kemajuan IPTEK yang sangat cepat dan massif menuntut kemampuan sumberdaya pendidikan melakukan penyesuaian yang signifikan. Mobilitas pekerja pada tataran internasional yang gerakannya melintasi batas-batas negara (borderless movement) menuntut pendidikan makin harus dikelola secara bermutu Krisis ekonomi dan multikrisis lain yang menyertainya mendorong dunia pendidikan untuk dapat makin memperkuat diri atau setidaknya dapat mempertahankan capaian pembangunan pendidikan yang telah ada sekarang.
- Pelaksanaan otonomi daerah yang berpengaruh pada perubahan sistem Pengelolaan Pendidikan. Komitmen penganggaran dari pemerintah dan masyarakat masih rendah Etos kerja tenaga kependidikan masih rendah Prestasi belajar siswa rendah Indeks SDM rendah, No. 112 dari 175 negara Daya saing ekonomi dan daya kekompetitifan investasi rendah Praktik-praktik KKN dan Percaloan.
- Masih rendahnya pemerataan akses untuk memperoleh pendidikan, baik karena faktor ekonomi, kultural, jender, maupun geografis. Mutu proses dan luaran sekolah kita untuk sebagian besar belum terandalkan dilihat dari capaian prestasi belajar peserta didik dan keterampilan yang diperoleh. Luaran sekolah untuk sebagian besar belum relevan dengan kebutuhan pembangunan dan dunia kerja.
- Kemampuan manajemen sekolah (school management capability) yang masih lemah, sehingga muncul aneka distorsi dan sulitnya mendongkrak partisipasi masyarakat terhadap sekolah. Usaha-usaha inovasi atau pembaruan pendidikan persekolahan yang dilakukan belum dapat diimplementasikan secara optimum akibat masih relatif lemahnya komitmen guru dan tenaga kependidikan serta dukungan masyarakat untuk menjaga sustainabilitasnya.
- Prestasi siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang disurvai. Kemampuan matematika siswa SMP di Indonesia berada pada urutan ke-39 dari 42 negara Kemampuan IPA berada pada urutan ke-10 dari 42 negara peserta.
3. Bentuk-Bentuk Paradigma (Pembaruan) Manajemen Pendidikan
- Educational Decentralization Pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber daya (dana, manusia, peralatan, dan lain-lain) untuk kepentingan pendidikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, maupun pada tingkat di bawahnya. Dengan adanya desentralisasi ini diharapkan akan terjadi peningkatan pemerataan, efektifitas, efisiensi, dan relevansi pelayanan di bidang ini dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal.
- Community-based Education (CBE): Masyarakat sebagai pilar utama pembangunan pendidikan. Pendidikan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. WAHANA COMMUNITY-BASED EDUCATION Dewan Pendidikan merupakan badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota. Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Peran Dewan Pendidikan Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Mediator antara pemerintah (Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (Legislatif) dengan masyarakat. Peran Komite Sekolah Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Mediator antara pemerintah (Eksekutif) dengan masyarkat di satuan pendidikan.
- School-based Management (MBS) Komunitas sekolah berkewenangan besar dalam merencanakan program, mengimplementasikan kurikulum, menata sumber daya insani dan anggaran sekolah Sekolah memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti orang tua siswa dan masyarakat Manajemen sekolah perlu dilakaukan secara demokratis, tranparant, komunikatif dan partisipatif Kepala sekolah membagi wewenang dan tanggung jawab kepada para pelaksana tugas.
- School-based Quality Improvement (MPMBS) Sekolah merupakan unit utama dan fungsional dalam meningkatkan mutu pendidikan Sekolah berwenang dalam menentukan unggulan utamanya Sekolah memiliki peluang untuk bersaing sehat dengan sekolah-sekolah lainnya Sekolah berpeluang untuk menyusun program alternatif sesuai dengan potensi, konteks, dan kebutuhannya.
- Competency-based Curriculum Seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak Tindakan cerdas untuk mengerjakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu Penuh tanggung jawab untuk mengerjakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu Pengembangan landasan kemampuan kepribadian.
- Competency-based Curriculum Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and how why) Kemampuan berkarya (know to do) Kemampuan menyikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai, dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be) Dapat hidup bermasyarakat dengan kerja sama, saling menghormati, dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (live together).
- Life-skill Education Sekolah harus mampu mempersiapkan siswa untuk untuk tidak hanya tahu, melainkan terampil dalam menghadapi tantangan hidup di masyarakat. Sekolah mempersiapkan siswa dengan berbagai ketrampilan, seperti penguasaan bidang studi, menganalisis dan menghambil keputusan secara rasional, berkomunikasi baik tulis maupun lisan dalam bahasa asing, bekerjasama, berempati, dan keterampilan vokasional tertentu.
- Contextual Teaching and Learning (CTL) Perencanaan pembelajaran sesuai dengan perkem-bangan mental (developmentally appropriate) siswa. Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups). Mempertimbangan keragaman siswa (disversity of students). Mengorganisasikan lingkungan pembelajaran mandiri (self-regulated learning) denmgan titik tekan kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan. Memperhatikan multi-intelegensi siswa. Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang meningkatkan pembelajaran, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi dari siswa.
- Authentic-based Assessment Evaluasi tidak sebatas untuk mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, melainkan apakah dia bisa menampilkan diri atau berbuat atas dasar pengetahuannya itu.
Evaluasi berfokus pada kinerja riel yang dapat ditampilkan oleh anak didik
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan mengobservasi perilaku Evaluasi didasari atas konteks dan kondisi riel anak didik Pendekatan Peningkatan Mutu Pendidikan:
- Simultan Pendekatan Manajemen Sekolah = Manajamen Berbasis Sekolah/MBS atau Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/MPMBS
- Pendekatan Kurikulum = Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK.
- Pendekatan Pembelajaran = Pembelajaran Kontekstual/CTL
- Pendekatan dalam evaluasi = Evaluasi berbasis kinerja/Penilaian otentik/OBA
- Pendekatan Produk = Pembelajaran berbasis luaran/PBL dan dampak/PBD 5 PILAR MBS/MPMBS Otonomi, manajemen sekolah atas dasar potensi, kekhasan, kemampuan, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat. Partisipasi, manajemen sekolah secara transparan dengan melibatkan seluruh komunitas sekolah menurut tupoksinya Fleksibilitas, manajemen sekolah atas kondisionalitas sekolah dan lingkungannya Akuntabilitas, kebertanggungjawaban dan pertanggungjawaban komunitas sekolah dalam mengelola program-programnya.
Sustainabilitas, keberlanjutan dan pemberlanjutan aneka program yang telah dibuat. Arah Pendidikan Versi Unesco Learning to know (landasan ilmu pengetahuan), Learning to do (aplikasi), Learning to be (penggalian potensi diri) Learning to life together (hidup bermitra dan sekaligus berkompetisi, hidup berdampingan dan bersahabat antarbangsa). Paradigma Manajemen Masa Depan[5].
4. Konsep manajemen pendidikan
Dalam konsep manajeman pendidikan terdiri dari Lima (5) konsep yaitu:
1. Manajemen kurikulum
Dalam kegiatan manajemen pendidikan di titik beratkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Dalam kegiatan manajemen pendidikan yang paling terpenting dapat di sebutkan dua hal yaitu:
1) Kegiatan yang sangat erat kaitannya dengan tugas guru meliputi:
a) Pembagian tugas mengajar
b) Pembagian tugas/tanggung jawab dalam membina ekstra kulikuler
c) Koordinasi penyusunan persiaoan mengajar
2) Kegiatan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar meliputi:
a) Penyususna jadwal pelajaran
b) Penyusunan program (rencana) berdasar satuan waktu tertentu
c) Pengisian daftar kemajuaa murid
d) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
e) Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar
f) Laporan hasil evaluasi
g) Kegiatan bimbingan penyuluhan
Paradigma kegiatan dalam bidang kurikulum dalam pandangan sekarang selalu berubah-ubah.
2. Manajemen murid
Ialah pencatatan kegiatan-kegiatan murid semenjak awal atau waktu penerimaan sampai ketika murid meninggalkan sekolah karena sudah keluar atau tamat mengukuti pendidikan.
Hal-hal yang terdapat dalam manajemen murid:
1. Penerimaan murid
2. Pencatatan murid dalam buku induk
3. Buku Kleper, buku ini berfungsi untuk membantu buku induk membuat data murid yang penting-penting.
4. Tata tertib murid
5. Daftar presensi, ini di maksudkan untuk mengetahui frekuensi kehadiran murid di sekolah.
3. Manajemen ketatausahaan
Kegiatan yang terpenting dalam tata usaha sekolah adalah:
1.
2. Buku ekspedesi
Buku ini berguna untuk pembuktian bahwa
3. Buku catatan rapat sekolah
Rapat sekolaha atau rapat dewan guru perlu di catat baik prosesnya maupun hasil keputusan yang di ambil. Keputusan rapat itu akan di jadikan sebagai landasan berpihak dalam melaksanakan segala sesuatu di sekolah itu.
4. Manajemen sarana pendidikan
Pada garis besarnya manajemen pendidikan sarana dan prasarana meliputi 5 hal yaitu:
1. Penentuan kebutuhan
2. Proses pengadaan
3. Pemakaian
4. Pencatatan/pengurusan
5. Pertanggung jawaban
5. Manajemen keuangan sekolah
Pada garis besarnya manajemen keuangan menyangkut sebagai berikut:
a. Manajemen pembayaran SPP
b. Manajemen keuangan yang berasal dari pemerintah.
Oraganisasi sekolah (lembaga pendidikan sekolah)
Aktivitas dalam mebagi-bagi kerja menggolongkan-golongkan jenis pekerjaan , memberi wewenang, menetapkan saluran perintah dan tanggung jawab kepada para pelaksana dan sekolah sabagai lembaga pendidikan ang semestinya memiliki organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Penyusunan organisasi sekolah yang baik tidak mudah di tentukan . perbedaan sekolah yang satu dengan yang lainnya adalah salah satu sebab kesulitan itu. Tetapi sangat mungkin apabila sekolah yang sejenis mempunyai organisasi yang sama atau seragam dalam hal stuktur atau susunannya adapun yang mempengaruhinya ialah:
1. Tingkat sekolah
2. Jenis sekolah
3. Besar kecilnya sekolah
4. Letak dan lingkungan sekolah[6].
Sistem yang berlaku sekarang meyebabkan masyarakat merasa tidak memiliki lembaga pendidikannya. Sekolah telah tercabut dari akarnya dan bahkan hanya merupakan menjalankan tugas dan aspirasi pilitik pemerintah pusat. Pemerintah daerah, apalagi pemerintahan kabupaten, boleh di katakana tidak mempunayi wewenang apa-apa dalam penyelenggaraan pendidikan, Sekolah-sekolah telah menjadi milik pemerintah pusat karena dikendalikan meleului berbagai peraturan seperti kurikulum, tenaga kependidikan, sarana, dan pembiayaan yang di tentukan oleh pemerintah pusat[7].
Lembaga-lembaga yang mengurusi pendidikan menjadi kurang efektif karena adanya dualisme antara pemerintah aderha dan pemerintah pusat ini di sebabkan karena kemampuan dan wewenang lembaga-lembaga pemeritah yang menangani masalah pendidikan di daerah tentunya sangat melemahkan pengembangan lembaga pendidikan untuk di kelolah lebih profesional dan lebih bermakna bagi masyarakat setempat dalam hal ini di perlukan peningkatan kemampuan dan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerah serta sekolah tidak ada hubungan kemitraan ini berfungsi agar masyarakat peduli dengan pendidikan yang ada di daerhanya. Begitupun dengan lembaga pendidikan dewasa ini terpasung dengan system pendidikan sentralistik dan birokrasi yang kaku dalam keadan yang demikian tidak ada tempat untuk pengenmabnagn inovasi dan daya cipta lembaga pendidikan kehilangan relevansi dengan kehidupan nyata dan peserta didik telah m,enjadi korban penindasan yang telah mematikan daya kritis dan adaya ciptanya[8].
Antara Pemda kabupaten dengan masyarakat di dalam peneyelenggaraan pendidikan terdapat hubungan akuntabilitas horizontal artinya masyarakat dan Pemda kabupaten keduanya bertanggung jawab terhadap “the stake holder” (masyarakat) yang memeliki pendidikan pemda berkewajiban untuk membnatu masarakat agar penyelenggaraan pendidikan terdapat hubungan kemitraan yang sejajar dan keduanya mempunyai kewajiban meyelenggarakan pendidikan yang accountable terhadap masyarakat[9].
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana. Kalau Manajemen Pendidikan adalah segenap proses terlaksananaya suatu tujuan pendidikan, dengan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan tersebut dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pengoordinasian, komunikasi, pengawasan, kepegawaian, pembiayaan, dan penilaian atau evaluasi sehingga menjadi efektif dan efesien.
Paradigma manajemen pendidikan di pengaruhi oleh Kemajuan IPTEK yang sangat cepat dan massif menuntut kemampuan sumberdaya pendidikan melakukan penyesuaian yang signifikan.
konsep manajeman pendidikan terdiri dari Lima (5) konsep yaitu:
1. Manajemen kurikulum
2. Manajemen murid
3. Manajemen ketatausahaan
4. Manajemen sarana pendidikan
5. Manajemen keuangan sekolah
Daftar Pustaka :
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.,” Administarsi dan supervise Pendidikan “, PT Remaja Rosadakarya, Bandung, 2009.
George R. Terry, Ph. D.,” Principle Of Manejement “, Seven Edition, Richard D. Irwin, Inc, Homewood, Illinois, 1997.
Andini T. Nirmala&Aditya A. Pratama.” Kamus lengkap bahasa Indonesia “, Prima Media, 2003, Surabaya.
http:// Silviaandiani04 blogspot. Com/2010/09/resume-paradigma mejemen pendidikan. Html
http://winithepooh.multiply.com/reviews/item/3
Drs. B. Suryosubroto,” Manajemen pendidikan di sekolah “, PT. Rineka cipta, Jakarta, 2004.
Prof. Dr. H. A.R. Tilaar, M.Sc Ed.” Paradigma baru pendidikan nasioanal “, Rineka cipta, Jakarta, 2004.
[1] Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.,” Administarsi dan supervise Pendidikan “, PT Remaja Rosadakarya, Bandung, 2009, hal. 7
[2] George R. Terry, Ph. D.,” Principle Of Manejement “, Seven Edition, Richard D. Irwin, Inc, Homewood, Illinois, 1997, hal. 4
[3] Andini T. Nirmala&Aditya A. Pratama.” Kamus lengkap bahasa Indonesia “, Prima Media, 2003, Surabaya, hal. 303
[4] http:// Silviaandiani04 blogspot. Com/2010/09/resume-paradigma mejemen pendidikan. Html
[6] Drs. B. Suryosubroto,” Manajemen pendidikan di sekolah “, PT. Rineka cipta, Jakarta, 2004, hal. 32-153
[7] Ibid., hal. 103
[8] Ibid., hal. 104
[9] Prof. Dr. H. A.R. Tilaar, M.Sc Ed.” Paradigma baru pendidikan nasioanal “, Rineka cipta, Jakarta, 2004, hal. 105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar