1.
Pengertian Fleksibel
Secara etimologi, Fleksibel berasal dari bahasa inggris “Flexible”
yang berarti lentur, atau lunak. Sedangkan secara terminology, yang dimaksud
dengan fleksibel adalah mudah untuk disesuaikan.
Tentang fleksibel tidak banyak referensi yang dapat diambil untuk
mengartikannya kecuali kamus ilmiah dan bahasa inggris lengkap saja yang dapat
membantu untuk sedikit memberikan penjelasan tentangnya.
2.
Pengertian Pendidikan
Dalam kehidupan ini sangatlah penting
yang namanya pendidikan, penting bagi setiap orang untuk terbentuknya kepribadian
yang utama pada dirinya (identitas diri) karena dalam pandangan yang sudah
sangat umum tentang pendidikan diutarakan oleh Driyarkara yang menyatakan bahwa
pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda[1].
Maksudnya mengangkat manusia muda ke taraf insani haruslah diwujudkan didalam
seluruh proses atau upaya pendidikan
secara maksimal.
Upaya memanusiakan manusia muda
sebagaimana diungkapkan diatas harus mempunyai tujuan seperti tujuan pendidikan
nasional sendiri, yaitu berkembangnya peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab yang disebutkan
dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Bab II Pasal 6[2].
3.
Fleksibelitas Pendidikan
Setelah
mendefinisikan satu persatu tentang Fleksibel dan pendidikan, sekarang telah
tergambarkan apa itu fleksibelitas pendidikan, yang di maksud dengan
fleksibelitas pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia dengan
berbagai cara yang mudah untuk disesuaikan. Artinya dalam melaksanakan
pendidikan dapat dilakukan kapan saja, oleh siapa saja, dimana saja dan dengan
cara apa saja yang dapat dengan mudah disesuaikan.
Didalam tulisan
ini, lebih menitik fokuskan pada Fleksibelitas pendidikan melalui metode dan
cara-cara yang pernah dilakukan oleh Rasulullaah dalam pengajaran beliau.
Diantaranya ;
1.
Metode
Pengajaran Rosullullah Saw.
Metode pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak terlepas
dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan
pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan
terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar. Di bawah ini
dikemukakan beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan metode pembelajaran
dan mengajar dalam presfektif Al-Qur’an terutama dalam Surat Al-Maidah ayat 67.
1. Surat Al-Maidah ayat 67
* $pkr'¯»t
ãAqߧ9$#
õ÷Ïk=t/
!$tB
tAÌRé&
øs9Î)
`ÏB
y7Îi/¢
(
bÎ)ur
óO©9
ö@yèøÿs?
$yJsù
|Møó¯=t/
¼çmtGs9$yÍ
4
ª!$#ur
ßJÅÁ÷èt
z`ÏB
Ĩ$¨Z9$#
3
¨bÎ)
©!$#
w
Ïöku
tPöqs)ø9$#
tûïÍÏÿ»s3ø9$#
ÇÏÐÈ
Hai rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia [3]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir.
Tersirat dalam Surat Al-Maidah ini mengandung makna bahwa
menyampaikan risalah itu merupakan perintah Tuhan. Allah memerintahkan Nabi
untuk menyampaikan risalah kenabian kepada umatnya jika tidak maka nabi
termasuk orang yang tidak menyampaikan amanat. Peringatan Allah kepada nabi
mengakibatkan beliau sangat ketakutan sehingga dada nabi terasa sesak, saking
beratnya tugas ini.
Kata-kata “baligh” dalam bahasa Arab itu merupakan
pernyataan yang sangat jelas apalagi bentuknya fi’il “amr”. Dalam tafsir
Al-Jalalin lafadz “baligh” terselip kandunganجميع (seluruhnya)5.
Berarti nabi harus menyampaikan secara keseluruhan yang telah diterima dari
Allah SWT. Tidak boleh ada yang disembunyikan sedikitpun dari Nabi (ولا تكتم شيئا منه ) 6. Dalam Tafsir Ibnu Katsir juga
dijelaskan bahwa makna “baligh” dalam surat Al-Maidah merupakan fiil amr yang
terkandung makna untuk menyampaikan seluruh yang diterima dari Allah SWT.[4]
Metode pengajaran ialah cara yang di gunakan guru dalam mengadakan hubungan
dalam siswa pada saat berlangsungnya pengajaran, oleh karena itu, peranan
metode pengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.
Metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan
dengan kegiatan mengajar guru, dengan kata lain, terciptalah interaksi,
indukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerakan atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.
Untuk
menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya,
Rosulullah Saw menggunakan bermacam metode hal itu dilakukan untuk menghindarkan
kebosanan dan kejenuhan siswa diantara metode ini yang diterapkan Rasulullah
Saw yaitu[5] :
1). Metode ceramah,
2). Metode dialog,
3). Metode diskusi atau tanya jawab,
4). Metode demonstrasi,
5). Metode Eksperimen.
2.
Metode Pendidikan Akhlak Rasulullah Saw.
äí÷$#
4n<Î)
È@Î6y
y7În/u
ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur
ÏpuZ|¡ptø:$#
(
Oßgø9Ï»y_ur
ÓÉL©9$$Î/
}Ïd
ß`|¡ômr&
4
¨bÎ)
y7/u
uqèd
ÞOn=ôãr&
`yJÎ/
¨@|Ê
`tã
¾Ï&Î#Î6y
(
uqèdur
ÞOn=ôãr&
tûïÏtGôgßJø9$$Î/
ÇÊËÎÈ
Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[6]dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam tafsir
Al-Maroghi dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dianjurkan untukmeniru Nabi Ibrohim yang memiliki sifat-sifat mulia, yang telah mencapai
puncak derajat ketinggian martabat dalam menyampaikan risalanya. Allah
berfirman:
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ
Kemudian Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah
dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Seruan disini
dengan macam-macam nasihat dan pengajaran yang telah Allah terangkan dalam
Al-Qur’an untuk menjadi hujjah terhadap mereka, dan debatlah dengan cara yang
paling baik.
Pada awalnya ayat ini
berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW. Kalimat yang digunakan adalah fiil amr
“ud’u” (asal kata dari da’a-yad’u-da’watan) yang artinya mengajak, menyeru,
memanggil. Adapun arah ajakan dan
seruan tersebut adalah kepada jalan Tuhan yaitu agama Islam.
ﺍﺪﻉﺍﻠﻰ ﺴﺑﻳﻞ ﺮﺑﻚ
: ﺴﺑﻳﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻮ ﺍﻻﺴﻶﻢ
Adapun cara yang disebutkan adalah dengan hikmah yaitu
dengan Al-Qur’an. Makna umum dari ayat ini
bahwa nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara
yang telah menjadi tuntunan Al-Qur’an yaitu dengan cara Al-hikmah, Mau’izhoh
Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini nabi sebagai rasul telah berhasil mengajak
umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga metode ini telah mengilhami berbagai
metode penyebaran Islam maupun dalam konteks pendidikan. Proses serta
metode pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (An-Nahl)
berarti membangun suatu sistem yang kuat dengan “jaring-jaring” yang
menyebar ke segala penjuru. Analogi ini bisa menyeluruh ke peserta didik, guru,
kepala sekolah, wali murid, komite sekolah dan instasi lain yang terkait.
Sehingga menjadi komponen pendidikan yang utuh, menjadi satu sistem yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lain[7].
Dengan metode pendidikan akhlak Nabi mengaplikasikannya dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersisi
kisah-kisah umat dahulu kala, supaya diambil pengajaran dan iktibar dari kisah
itu[8]. orang yang taat dan patuh mengikuti Rosulullah Saw, akan
mendapat kebahagiaan dan orang yang durhaka mendapatkan siksa, seperti kisah
korun yang bakhil dan kisah musa yang berbuat baik kepada putri suaid dan lain-lain.
Metode pendidikan akhlak ini juga dilakukan dengan menggunakan metode
penegasan dan uswat alhasanah, misalnya dengan menjelaskan kriteria orang-orang
munafik dan akibatnya akan mempersaudarakan antara kaum anshor dengan kaum
muhazirin, metode-metode akhlak pendidikan yang diterapkan Rosulullah Saw
sangat berbekas di dalam polah tingkah laku para sahabat. Hal ini dapat dilihat
kondisi umat saat itu yang betul-betul patuh dan taat kepada perintah
Rosulullah Saw.
Dalam metode pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Muhammad Saw pada periode
di mekah dan madinah :
1.
Melalui teguran langsung.
2.
Melalui sindiran.
3.
Pemutasan dari jama’ah.
4.
Melalui pemukulan.
5.
Melalui perbandingan kisah-kisah orang
terdahulu.
6.
Menggunakan kata isyarat.
7.
Keteladanan.
Sedangkan memberikan materi pendidikan dapat tergambar dari sikap
Rosulullah Saw ketika terjadi kursus pembelajaran antara jibril yang berprilaku
sebagai murid dan Rosulullah Saw sebagai pendidik, konsep tersebut dapat
tergambar dari apa yang telah dikemukakan oleh najib kolib al’amar[9].
3.
Tahapan
Pendidikan Islam di Mekah
Tahapan pendidikan yang dilakukan Rosulullah Saw sejalan dengan
tahap-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini
penulis membagi kepada tiga tahap :
a. Tahap rahasia per-orangan
Pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi, mengingat kondisi
sosio politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga
dekatnya. Mula-mula Rosulullah Saw mendidik istrinya Kodijah untuk menerima dan
penerima petunjuk-petunjuk Allah. Kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin
Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid Ibnu Haritsah (seorang pembantu rumah
tangga)..
b.
Tahap
Terang-terangan
Secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun sampai turun wahyu
berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan ketika
wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di
bukit sofa menyuruhkan agar berhati-hati terhadap ajab yang keras di hari
kiamat.
c.
Tahap Untuk Umum
Hasil secara dakwah terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat,
kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan maka, Rosulullah
Saw mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat
beralih kepada saruan umum, umat manusia secara keseluruhan.
4.
Kaedah Yang
Digunakan oleh Rosulullah Saw.
Kaedah itru atau metod yang digunakan oleh Rosulullah Saw mudah dipahami
seperti A, B, dan C. Rosulullah Saw menggunakan pendekatan pendidikan formal
ialah suatu bentuk pendidikan tidak resmi. Ia berlaku pada sembarang tempat,
pada sembara waktu, pada sembarang orang tidak kira kecil apa besar. Rosulullah
Saw memberi periorit kepada pendidikan formal dari pada pendidikan formal
(resmi). Karena kaedah informal lebih berkesan praktikan dan memberi hasil yang
cepat dan konkrit, manakala pendidikan formal hanya menambahkan teori-teori
yang dijarang di praktikannya.
Sistem pendidikan Rosulullah Saw ini kelihatan mempunyai maksud untuk
melahirkan manusia yang mengamalkan ilmu, baginda tidak menekankan ilmu yang
tinggi atau ilmu yang banyak, sebaliknya memberi keutamaan kepada pengalaman
ilmu. Oleh karena itu sistem pendidikan Rosulullah Saw tidak memberi penekanan
kepada penghafal, mengingat dan menulis kembali ilmu tetap ialah pada
pengamalan. Maka sudah tentu tidak apa-apa kelulusan yang hendak di keluarkan.
5.
Sumber Ambilan
Pendidikan Rosulullah Saw.
Dalam hal ini pendekatan yang digunakan Rosulullah Saw ialah pembinaan
insan, sebab tanpa pembinaan insan (iman dan akhlak). Pembinaan material akan
melahirkan masyarakat. Keamanan dan kebahagiaan hidup masyarakat akan hilang.
Justru itu, sumber utama ambilan Rosulullah Saw untuk mendidik jiwa dan rohani.
Langkah-langkah pendidik yang di ambil oleh Rosulullah Saw tentang jiwa dan
pikiran manusia.
a. Mendidik jiwa tauhid agar tumbuh rasa kehambaan yang tinggi terhadap Allah
Swt. Ini dibuat dengan membawa manusia berfikir tentang kebesaran Allah Swt,
kuasa Allah Swt, rahmat Allah Swt, serta nikmatnya.
b. Mendidik hati agar rasa rindu dengan surga Allah Swt, rahmat Allah Swt, ke
ampunan Allah Swt, bantuan Allah Swt, dan bantuan Allah Swt.
c. Mendidik iman dan takwah di hati agar manusia takut dengan neraka dan ajab
Allah Swt.
d. Mendidik manusia agar melakukan amal soleh dan berakhlak mulia. Untuk itu
Al-Qur’an banyak menceritakan sejarah hidup para Nabi dan Rosulullah Saw.
e. Mendidik manusia agar menghindari sifat-sifat jahat dan agar selamat dari
pada api neraka.
6. Manfaat dari Metode yang Diterapkan Rasulullah Saw.
Manfaat yang diambil dari metode yang diterapkan Rosulullah Saw sebagai
berikut :
a.
Mendengarkan pertanyaan dari murid.
b.
Memperkenakan kepada murid mengutarakan isi
hatinya.
c.
Memilih tempat yang cocok untuk bertemu dengan
peserta didik.
d.
Perhatian yang penuh terhadap murid-murid, memilih waktu yang tepat
bertemu dengan peserta didik.
Dalam manfaat
tersebut digambarkan wibawa, kondisi, sikap, dan sifat, serta posisi Rosulullah
Saw sebagai guru menggambarkan sebagai sosok pendidik yang menguasai strategi
dan metode pendidikan, Rosulullah Saw duduk di hadapan Jibril, menjawab
pertanyaannya sesuai kemampuan, apabila persoalan tidak diketahui jawaban
secara pasti maka Rosulullah Saw tidak malu untuk mengatakan tidak tahu,
Rosulullah Saw mendengarkan secara seksama dan teliti pertanyaan yang diajukan
oleh Jibril sehingga ia mampu menjawabnya dengan tepat pula, hal ini
menggambarkan kondisi pelaksanaan yang kondusif[10].
Nilai-nilai pendidikan Islam pada zaman Rosulullah Saw antara lain, yaitu :
1. Pertanyaan yang diberikan harus jelas,
2. Pertanyaan yang akan disamapaikan harus ringkas.
3. Persiapan jasmani dan rohani untuk mencari ilmu.
4. Siap mendengarkan dengan baik setelah menyampaikan pertanyaan.
5. Senang dalam menyampaikan pertanyaan dan tidak disampaikan sekaligus.
6. Pertanyaan yang disamapaikan harus bermanfaat.
7. Suasana pertanyaan yang akurat dan ilmia.
8. Pemilihan waktu yang tepat untuk bertemu dengan guru, duduk mendekat dengan
guru.
9. Posisi duduk murid yang menyehatkan.
Dalam hal ini peserta didik ditentukan agar mengajukan pertanyaan yang
mudah dipahami oleh guru, tidak berbelit-belit bahasa lain, singkat, dan tepat
sasaran posisi Jibril sangat dekat dengan Rosulullah Saw.
Dalam hal ini mengajarkan agar siswa yang sedan belajar agar dekat dengan
guru tujuannya agar komunikasi lebih lancar dan tepat menyatukan hati dengan
penuh kasih sayang, Jibril mendengarkan Rosulullah Saw dengan sesama dan
hati-hati dan tidak menannyakan pertanyaan lain sebelum Rosulullah Saw menjawab
satu pertanyaan Jibril secara tuntas. Hal ini keliatannya sikap Rosulullah Saw
sebagai pendidik sudah sepantasnya di jadikan pendidikan acuan bagi
pelaksanaan, pendidikan Islam terutama dalam proses belajar mengajar,
Rosulullah Saw dalam mendidik anak dapat dilihat dalam arti yang baik, namun
pengajaran Rosulullah Saw dalam menghadapi anak-anak mengajar usia vuberitas
sebagai berikut :
1. Mengajar anak usia puber untuk mendiskusikan inti permasalahan sehingga
pemikirannya tidak terpecah.
2. Rosulullah Saw menguasa aspek psikis anak usia puber.
3. Rosulullah Saw membuka dialog dengan usia anak puber.
4. Rosulullah Saw memberikan pertanyaan yang banyak.
Dengan menjalankan pendidikan Islam di masa Rosulullah Saw untuk melihat
atau kader penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi juga mengevaluasi
sahabat-sahabat Rosulullah Saw, mengetahui pengetahuan para sahabat dalam
memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugas untuk melihat hasil
pengajaran yang dilaksanakan Rosulullah Saw, sering mengevaluasi hafalan para
sahabat dengan cara menyuruh parasahabat membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di
hadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka namun evaluasi
kemampuan untuk dijadikan utusan kesuatu daerah mengajarkan ke agama Islam
misalnya berdialog Rosulullah Saw dengan muadzh bin Jabar ketika muadzh akan di
utus sebagai kadi kenegara nyaman, evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara
bertanya tentang suatu masalah hukum secara langsug kepada Rosulullah Saw.
[1] Hera Lestari Mikarsa, Agus taufiq & Puji Lestari Prianto, Pendidikan
Anak SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) h. 1.2
[2] Murip Yahya, Pengantar
Pendidikan, (Bandung: Prospect, 2008) h. 84
[3] Maksudnya: tak
seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.
[6] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil.
[8] Prof. Dr. H.
Samsul Nizar, M.Ag., hlm. 16.
[9] Ibid,.hlm. 17.
[10] Prof. Dr. H.
Samsul Nizar, M.Ag., ”Sejarah Pendidikan Islam”, Kencana, Jakarta, 2007, hlm.
19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar