A.
Strategi
Pembelajaran
Sebelum
melangkah lebih jauh tentang strategi pembelajaran PAI, haruslah diketahui
terlebih dahulu apa itu strategi pembelajaran, di dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia dipaparkan bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus[1].
Pengertian strategi juga biasanya berkaitan dengan taktik ( terutama banyak
dikenal dalam lingkungan militer ). Taktik adalah segala cara dan daya untuk
menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang
diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim
digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan
teknik mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama. Metode adalah
jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Sedangkan teknik adalah cara
mengerjakan sesuatu. Jadi metode mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih
ideal dan konsepsional[2].
Strategi yang baik merupakan strategi yang dapat melahirkan metode yang baik
pula, sebab metode adalah suatu cara pelaksanaan strategi.
Pembelajaran merupakan jantung dari proses
pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat
kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang
melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran
merupakan tanggungjawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem
pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab terhadap
pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi
terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu
peserta didik sebagai anggota masyarakat.
Di dalam pendidikan, yang namanya strategi pendidikan pada
hakikatnya adalah pengetahuan atau seni mendayagunakan semua faktor/kekuatan
untuk mengamankan sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui perencanaan
dan pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan situasi dan kondisi
lapangan yang ada, termasuk pula perhitungan tentang hambatan-hambatannya baik
berupa fisik maupun yang bersifat non-fisik (seperti mental spiritual dan moral
baik dari subjek, objek maupun lingkungan sekitar). Strategi pendidikan dapat
di artikan sebagai kebijaksanaan dan metode umum pelaksanaan proses
kependidikan[3]. Sedangkan Strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran.
Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi,
sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
B.
Pendidikan
Agama Islam di Sekolah dan Madrasah
Pendidikan
agama di sekolah umum adalah bagian dan merupakan salah satu bentuk dari
pendidikan Islam. Penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dewasa ini
diselenggarakan berdasarkan Undang-undang sistem pendidikan nasional. Menurut
UU sistem pendidikan nasional, UU no. 20 Tahun 2003, pasal 12 ayat 1, bahwa “
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agama yang di anutnya dan diajarkan oleh
pendidikan yang seagama.” Karena itu, pendidikan agama merupakan bagian dari
kurikulum yang wajib diberikan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan
pendidikan tinggi[4].
Pendidikan
Agama di Madrasah adalah lebih khusus dari pada di sekolah umum, karena
Pendidikan Agama Islam di Madrasah di bagi menjadi empat mata pelajaran yaitu
Fiqih, Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Madrasah
sendiri merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang mulai muncul pada
akhir abad ke-4 Hijriah. Madrasah adalah hasil evolusi dari masjid sebagai
lembaga pendidikan dan Khan sebagai tempat tinggal peserta didik[5].
Kembali
pada pokok inti yaitu pembelajaran PAI, Kemampuan dasar yang harus dimilki
peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran PAI, yaitu :
1.
Beriman
kepada Allah SWT. dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi dan
hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik
dalam dimensi vertikal maupun horizontal.
2.
Dapat
membaca, menulis, dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an serta mengetahui hokum
bacaannya dan mampu mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Mampu
beribadah dengan baik sesuai tuntunan syariat Islam, baik ibadah wajib maupun sunat.
4.
Dapat
meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, para sahabat, tabi’in,
serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam untuk kepentingan
hidup sehari-hari masa kini dan masa depan.
5.
Mampu
mengamalkan system muamalah islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara[6].
Salah satu masalah yang sering
dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan jam
pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-sekolah umum
seperti SD,SMU, dan seterusnya. Masalah inilah yang dianggap sebagai penyebab
utama timbulnya kekurangan para pelajar dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama. Sebagai akibat
dari kekurangan ini, para pelajar tidak memiliki bekal yang memadai untuk membentengi
dirinya dari berbagai pengaruh negatif akibat globalisasi yang menerpa
kehidupan. Seperti banyaknya pelajar yang terlibat dalam tawuran, pencurian,
penodongan, penyalahgunaan obat narkotik, dan sebagainya. Semua ini penyebab
utamanya adalah karena kekurangan bekal pendidikan agama yang diberikan
sekolah-sekolah sebagaimana tersebut di atas. Selain itu,ada juga penyebab
lainnya yaitu kurangnya waktu yang diberikan kedua orang tua di rumah untuk
memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan dan pengawasan terhadap
putra-putrinya di rumah. Karena didesaki oleh berbagai kebutuhan primer, banyak
orang tua yang terpaksa bekerja diluar rumah dan kurang mempunyai waktu untuk
putra-putrinya[7].
Permasalahan di atas perlu adanya
solusi, solusi yang ditawarkan antara lain dengan menambah jumlah jam pelajaran
agama di sekolah dan dengan menambah waktu untuk memberikan perhatian, kasih
sayang, bimbingan dan pengawasan dari kedua orang tua di rumah[8].
Diantara Solusi lainnya yaitu :
1.
Dengan
mengubah orietasi dan fokus pengajaran agama yang semula bersifat subject
matter orientad, yaitu dari yang semula berpusat pada pemberiaan pengetahuan
agam dalam arti memahami dan menghafal ajaran agama sesuai kurukulum, menjadi
pengajaran agama yang berorientasi pada pengalaman dan pembentukan sikap
keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan agama.
2.
Dengan
cara menambah jam pelajaran agama yang diberikan di luar jam pelajaran yang
telah ditetapkan dalam kurikulum.
3.
Dengan
cara menigkatkan perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan pengawasan yang
diberikan oleh kedua orang tuanya di rumah.
4.
Dengan
cara melaksanakan tradisi seislaman yang didasarkan pada Al-Qur’an dan
Al-Sunnah yang disertai dengan penghayatan akan makna dan pesan moral yang
terkandung di dalamnya.
5.
Pembinaan
sikap keagamaan tersebuit dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
mass media yang tersedia, seperti radio, surat kabar, buku bacaan, televisi,
dan lain sebagainya[9].
C.
Pengembangan
Strategi Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah
Pengembangan Strategi Pembelajaran
PAI di Sekolah maupun di Madrasah bisa menggunakan beberapa macam strategi,
yaitu diantaranya :
1.
Strategi
Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankankepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
gurukepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materipelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan
langsungoleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaranseakanakan
sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankankepada proses bertutur,
maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.
a.
Karakteristik
Pembelajaran Ekspositori
Terdapat
beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:
a)
Strategi
ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal,
artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalammelakukan strategi ini,
oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
b)
Biasanya materi
pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti
data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafalsehingga tidak menuntut
siswa untuk berpikir ulang.
c)
Tujuan utama
pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.Artinya, setelah
proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar
dengan cara dapat mengungkapkan kembalimateri yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan
demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan.
Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa
dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic
achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk
strategi ekspositori.
b.
Langkah-langkah
Pelaksanaan Strategi Ekspositori
a)
Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerimapelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan
langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di
antaranya adalah:
1. Berikan
sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
2. Mulailah
dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
3.
Bukalah file dalam otak siswa.
b)
Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran
sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam
penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa, (2)
intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa, dan (4) menggunakan
joke-joke yang menyegarkan.
c)
Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat
menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran,
baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun
makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik
siswa.
d)
Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari
materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah
yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah
menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
e)
Mengaplikasikan
(Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah
mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat
penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru
akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi
pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di
antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah
disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang
telah disajikan.
c.
Keunggulan dan
Kelemahan Strategi Ekspositori
1.
Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran
yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya:
a)
Dengan strategi
pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan.
b)
Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar
terbatas.
c)
Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d)
Keuntungan lain
adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran
kelas yang besar.
2.
Kelemahan
a)
Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
b)
Strategi ini
tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya
belajar.
c)
Karena strategi
lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan
siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan
berpikir kritis.
d)
Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi),
dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e)
Oleh karena
gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way
communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan
materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu
arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa
yang diberikan guru.
2.
Strategi Pembelajaran
Inkuiri
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam
strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi
pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal
dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
a.
Ciri-ciri
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan
siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,
tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri {self belief). Dengan
demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
b.
Langkah-Langkah
Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan Mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan
dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b)
Merumuskan
Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan
teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu
ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses
mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab
itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c)
Merumuskan
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki
landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat
rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat
dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan
demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit
mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d)
Mengumpulkan
Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi
kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok
permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala
ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam
ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa
untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada
seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e)
Menguji
Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f)
Merumuskan
Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena
banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak
fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
c.
Keunggulan dan
Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang
banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di
antaranya:
a)
Startegi ini
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
b)
sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
c)
Startegi ini
dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
d)
Startegi ini
merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
e)
Keuntungan lain
adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai
kelemahan, di antaranya:
a)
Jika strategi
ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
b)
Strategi ini
sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
c)
Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d)
Selama kriteria
keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
[2] Prof. H.M. Arifin, M.Ed., “Ilmu Pendidikan Islam Suatu
Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, Bumi
Aksara : Jakarta, Cet. II, 1993, h. 58.
[3] Prof. H.M. Arifin, M.Ed., “Ilmu Pendidikan Islam Suatu
Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, Bumi
Aksara : Jakarta, Cet. II, 1993, h. 58.
[4] Dr. Nurhayati Djamas, M.A., “Dinamika Pendidikan Islam
di Indonesia Pascakemerdekaan”, Rajawali Pers :Jakarta, 2009, h. 136-137
[6] Dr. Nurhayati Djamas, M.A., “Dinamika Pendidikan Islam
di Indonesia Pascakemerdekaan”, Rajawali Pers :Jakarta, 2009, h. 142.
[7] Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A., “Manajemen Pendidikan
Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia”, Kencana : Jakarta, Cet.
Ke-4, h. 18.
[8] Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A., “Manajemen Pendidikan
Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia”, Kencana : Jakarta, Cet.
Ke-4, h. 18.
[9] Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A., “Manajemen Pendidikan
Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia”, Kencana : Jakarta, Cet.
Ke-4, h. 19-25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar