Jumat, 18 April 2014

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH DAN MADRASAH

A.    Strategi Pembelajaran
Sebelum melangkah lebih jauh tentang strategi pembelajaran PAI, haruslah diketahui terlebih dahulu apa itu strategi pembelajaran, di dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia dipaparkan bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus[1]. Pengertian strategi juga biasanya berkaitan dengan taktik ( terutama banyak dikenal dalam lingkungan militer ). Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan teknik mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama. Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Sedangkan teknik adalah cara mengerjakan sesuatu. Jadi metode mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih ideal dan konsepsional[2]. Strategi yang baik merupakan strategi yang dapat melahirkan metode yang baik pula, sebab metode adalah suatu cara pelaksanaan strategi.
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggungjawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.
Di dalam pendidikan, yang namanya strategi pendidikan pada hakikatnya adalah pengetahuan atau seni mendayagunakan semua faktor/kekuatan untuk mengamankan sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui perencanaan dan pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada, termasuk pula perhitungan tentang hambatan-hambatannya baik berupa fisik maupun yang bersifat non-fisik (seperti mental spiritual dan moral baik dari subjek, objek maupun lingkungan sekitar). Strategi pendidikan dapat di artikan sebagai kebijaksanaan dan metode umum pelaksanaan proses kependidikan[3]. Sedangkan Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

B.     Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan Madrasah
Pendidikan agama di sekolah umum adalah bagian dan merupakan salah satu bentuk dari pendidikan Islam. Penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dewasa ini diselenggarakan berdasarkan Undang-undang sistem pendidikan nasional. Menurut UU sistem pendidikan nasional, UU no. 20 Tahun 2003, pasal 12 ayat 1, bahwa “ setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang di anutnya dan diajarkan oleh pendidikan yang seagama.” Karena itu, pendidikan agama merupakan bagian dari kurikulum yang wajib diberikan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi[4].
Pendidikan Agama di Madrasah adalah lebih khusus dari pada di sekolah umum, karena Pendidikan Agama Islam di Madrasah di bagi menjadi empat mata pelajaran yaitu Fiqih, Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Madrasah sendiri merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang mulai muncul pada akhir abad ke-4 Hijriah. Madrasah adalah hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan dan Khan sebagai tempat tinggal peserta didik[5].
Kembali pada pokok inti yaitu pembelajaran PAI, Kemampuan dasar yang harus dimilki peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran PAI, yaitu :
1.      Beriman kepada Allah SWT. dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.
2.      Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an serta mengetahui hokum bacaannya dan mampu mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Mampu beribadah dengan baik sesuai tuntunan syariat Islam, baik ibadah wajib maupun sunat.
4.      Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, para sahabat, tabi’in, serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam untuk kepentingan hidup sehari-hari masa kini dan masa depan.
5.      Mampu mengamalkan system muamalah islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara[6].

Salah satu masalah yang sering dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-sekolah umum seperti SD,SMU, dan seterusnya. Masalah inilah yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya kekurangan para pelajar dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama.  Sebagai akibat dari kekurangan ini, para pelajar tidak memiliki bekal yang memadai untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh negatif akibat globalisasi yang menerpa kehidupan. Seperti banyaknya pelajar yang terlibat dalam tawuran, pencurian, penodongan, penyalahgunaan obat narkotik, dan sebagainya. Semua ini penyebab utamanya adalah karena kekurangan bekal pendidikan agama yang diberikan sekolah-sekolah sebagaimana tersebut di atas. Selain itu,ada juga penyebab lainnya yaitu kurangnya waktu yang diberikan kedua orang tua di rumah untuk memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan dan pengawasan terhadap putra-putrinya di rumah. Karena didesaki oleh berbagai kebutuhan primer, banyak orang tua yang terpaksa bekerja diluar rumah dan kurang mempunyai waktu untuk putra-putrinya[7].
Permasalahan di atas perlu adanya solusi, solusi yang ditawarkan antara lain dengan menambah jumlah jam pelajaran agama di sekolah dan dengan menambah waktu untuk memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan dan pengawasan dari kedua orang tua di rumah[8].
Diantara Solusi lainnya yaitu :
1.      Dengan mengubah orietasi dan fokus pengajaran agama yang semula bersifat subject matter orientad, yaitu dari yang semula berpusat pada pemberiaan pengetahuan agam dalam arti memahami dan menghafal ajaran agama sesuai kurukulum, menjadi pengajaran agama yang berorientasi pada pengalaman dan pembentukan sikap keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan agama.
2.      Dengan cara menambah jam pelajaran agama yang diberikan di luar jam pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
3.      Dengan cara menigkatkan perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan pengawasan yang diberikan oleh kedua orang tuanya di rumah.
4.      Dengan cara melaksanakan tradisi seislaman yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang disertai dengan penghayatan akan makna dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.
5.      Pembinaan sikap keagamaan tersebuit dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan berbagai mass media yang tersedia, seperti radio, surat kabar, buku bacaan, televisi, dan lain sebagainya[9].

C.    Pengembangan Strategi Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah
Pengembangan Strategi Pembelajaran PAI di Sekolah maupun di Madrasah bisa menggunakan beberapa macam strategi, yaitu diantaranya :

1.      Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankankepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang gurukepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materipelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsungoleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaranseakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankankepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.

a.      Karakteristik Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:
a)      Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalammelakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
b)      Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafalsehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
c)      Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembalimateri yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.

b.      Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Ekspositori
a)      Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerimapelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
1. Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
2. Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
3. Bukalah file dalam otak siswa.

b)     Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa, dan (4) menggunakan joke-joke yang menyegarkan.

c)      Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d)     Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

e)      Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

c.       Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori
1.      Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a)      Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b)      Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c)      Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d)     Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
2.      Kelemahan
a)      Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
b)      Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c)      Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d)     Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e)      Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.

a.      Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri {self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

b.      Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan Mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b)     Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c)      Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d)     Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e)      Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f)       Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

c.       Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a)      Startegi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
b)      sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
c)      Startegi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
d)     Startegi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
e)      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
a)      Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b)      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c)      Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d)     Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.



[1] Ananada Santoso & A.R.AL Hanif, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”, Alumni : Surabaya, h. 353.
[2] Prof. H.M. Arifin, M.Ed., “Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, Bumi Aksara : Jakarta, Cet. II, 1993, h. 58.
[3] Prof. H.M. Arifin, M.Ed., “Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, Bumi Aksara : Jakarta, Cet. II, 1993, h. 58.
[4] Dr. Nurhayati Djamas, M.A., “Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan”, Rajawali Pers :Jakarta, 2009, h. 136-137
[5] Drs. Hasan Basri, M.Ag., “ Kapita Selekta Pendidikan”, Pustaka Setia : Jakarta, 2012, h. 34
[6] Dr. Nurhayati Djamas, M.A., “Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan”, Rajawali Pers :Jakarta, 2009, h. 142.
[7] Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A., “Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia”, Kencana : Jakarta, Cet. Ke-4, h. 18.
[8] Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A., “Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia”, Kencana : Jakarta, Cet. Ke-4, h. 18.
[9] Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A., “Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia”, Kencana : Jakarta, Cet. Ke-4, h. 19-25. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar