Jumat, 11 November 2011

AGAMA DAN FILSAFAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Arti Filsafat
Berbicara tentang Filsafat, pasti sudah barang tentu akan membahas tentang ilmu pengetahuan sebab Filsafat merupakan akar dari semua ilmu pengetahuan. Jika kita cari istilah filsafat itu sendiri maka sebelumnya akan melalui tinjauan dari dua segi. Pertama dari segi Semantik,yaitu filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal juga dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri dari dua kata philos berarti cinta / loving dan Sophia berarti pengetahuan, hikmah / wisdom. Jadi pholisophia adalah cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana.  Kedua bisa ditinjau dari segi Praktis,yaitu filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat berarti berpikir. Akan tetapi, tidak bisa di artikan semua berpikir itu berfilsafat. Sebab Berfilsafat merupakan berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Secara tegas dapat dimaksudkan, Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain dapat diartikan, Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.1)
2.      Arti Agama
Membahas tentang Agama, harus tahu apa itu agama? agama dilihat dari katanya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu terdiri dari a berarti anti  dan gama berarti kacau. Di dalam Al-Qur’an terdapat kata Addiin, yang artinya aturan-aturan Allah yang diturunkan kepada rosul untuk umat manusia. Jadi Agama merupakan tuntunan hidup manusia dengan kitab suci yang dibawa oleh orang sang pembawa ajaran, bertujuan agar hidup manusia tertib dan tidak ada kekacauan dengan sesamanya. 2)




BAB II
AGAMA DAN FILSAFAT


1.    Agama Sebagai Objek Filsafat
Dapat diketahui bahwa filsafat dan agama ialah dua pokok persoalan yang berbeda. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa. Sedangkan filsafat banyak hubungan dengan pemikiran.
Sebenarnya yang menjadi obyek pembahasan filsafat agama ialah setiap ajaran yang ada didalam agama itu, baik agama samawi ataupun agama ‘ardhi. Dan melalui objek tersebut, filsafat bertujuan menemukan kebenarannya. Jika kebenaran yang sebenarnya mempunyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat. Objek yang dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan mungkin ada, baik ada dalam kenyataan, maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan.
Agama merupakan salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Didalam agama itu sendiri terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek fisik dan aspek metafisik. Aspek fisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat, sedangkan aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan ghaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya. Kedua aspek ini menjadi objek materia filsafat, walaupun kenyataannya objek filsafat agama lebih banyak ditujukan kepada aspek metafisik dari pada aspek fisik.
Selain objek material di atas, adapula objek forma filsafat yaitu cara pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang yang ada untuk mengetahui hakekatnya. Dengan demikian, agama sebagai objek forma filsafat adalah cara pandang yang radikal tentang agama dan berbagai persoalan yang terdapat dalam agama itu. Seperti pembahasan yang terpenting dalam setiap agama adalah ajaran tentang Tuhan. Pembahasan ini tidak hanya melihat argumentasi yang memperkuat keyakinan tentang Tuhan, tetapi juga argument yang membantah, melemahkan bahkan menolak wujud Tuhan itu.


Disebabkan begitu mendalamnya pembahasan tentang Tuhan terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi. Dengan membahas kepercayaan tentang Tuhan seseorang berubah keyakinan dengan berpaling dari keyakinannya semula, karena ia tidak mendapatkan kepuasan dalam penemuannya. Dan begitu juga sebaliknya bisa menambah keyakinannya terhadap Tuhan.
Sebenarnya objek filsafat agama tersebut tidak hanya persoalan-persoalan ketuhanan semata, tetapi juga sampai kepada persoalan-persoalan eskatologi, yang dimana pada umumnya berbicara tentang hari kiamat dan hal-hal lainnya, seperti persoalan keadilan Tuhan, penerimaan pahala dan siksa. Persoalan ini menjadi penting karena melalui eskatologilah yang mendorong orang bersemangat untuk menjalankan ajaran agamanya.
Pembahasan filsafat agama hanya bertujuan untuk mengungkapkan argument-argument yang mereka kemukakan dan memberikan penilaian terhadap argument tersebut dari segi logisnya.  

2.      Pengertian Filsafat Islam
Sebelum beranjak kepada definisi dari Filsafat Islam, perlu diketahui menurut Mustofa Abdul Razik pemakaian kata filsafat di kalangan umat Islam adalah memakai Hikmah. Hal ini diperkuat oleh Dr. Fuad Al-Ahwani, bahwa kebanyakan pengarang-pengarang Arab menempatkan kalimat hikmah di tempat kalimat filsafat.
Barulah menuju pada pengertian Filsafat Islam yang merupakan gabungan dari filsafat dan Islam. Menurut Mustofa Abdul Razik, Filsafat Islam adalah Filsafat yang tumbuh di negri Islam dan di bawah naungan Negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian semacam ini di perkuat oleh Prof. Tara Chand, bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah menulis kitab-kitab filsafat yang bersifat kritis / terpengaruh oleh Islam sebaliknya dimasukan ke dalam filsafat Islam.
Filsafat Arab bukanlah berarti ia adalah produk suatu ras atau umat. Meskipun demikian, saya mengutamakan menamakannya filsafat Islam, karena Islam bukanlah akidah saja, tetapi juga sebagai peradaban. Pendapat ini dikemukakan oleh Dr. Ibrahim Madzkur melalui sebuah buku Fuad Al-Ahwani, hal. 15.

Setelah membaca uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.

3.      Perbedaan Agama dan Filsafat
Telah diuraikan didalam sebuah buku karangan Prof. Dr. H. Rasyidi yang diberi judul Filsafat Agama, bahwa filsafat berbeda dengan agama sebab kedua kata tersebut sering adanya kekeliruan dalam memahaminya.
Perbedaan antara Filsafat dan Agama
1)      Filsafat berarti berfikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir. Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara agama sesuai dengan aturan-aturan agama itu.

2)      Menurut William Temple, filsafat ialah menuntut pengetahuan untuk memahami. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia dengan tuhan.

3)      C.S. Lewis membedakan enjoyment dan  contemplation misalnya laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta disebut enjoyment, sedangkan memikirkan rasa cintanya disebut contemplation, yaitu pikiran si pecinta tentang rasa cintanya itu. Agama dapat dikiaskan dengan enjoyment (rasa cinta) seseorang, rasa pengabdian (dedication).

4)      Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang. Agama banyak berhubungan dengan hati.

5)      Filsafat dapat dianalogikan seperti air telaga yang tenang dan jernih dan juga dapat dilihat dasarnya. Agama dapat dianalogikan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya.

6)      Seorang ahli filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya bersikap lunak. Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dan mengabdikan diri.
7)      Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran pemiliknya. Agama, disamping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.

8)      Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argument, walaupun argumennya sendiri. Filsafat penting dalam mempelajari agama.
Di sisi lain agama mulai dari keyakinan, sedangkan  filsafat mulai dari mempertanyakan sesuatu. Mahmud Subhi mengatakan bahwa agama mulai dari keyakinan yang kemudian dilanjutkan dengan mencari argumentasi untuk memperkuat keyakinan itu, (ya`taqidu summa yastadillu), sedangkan filsafat berawal dari mencari-cari argumen dan bukti-bukti  yang kuat dan kemudian  timbul-lah keyakinannya (yastadillu summa ya`taqidu).3)  Dalam pendapat  Mahmud Subhi , agama di sini kelihatan identik dengan kalam, yaitu berawal dari keyakinan, bukan ber-awal dari argumen.
Perbedaan lain antara agama dan filsafat adalah bah-wa agama banyak hubungannya dengan hati, sedangkan filsafat banyak hubungannya dengan pikiran yang dingin dan tenang. Agama dapat diidentikkan dengan air yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya, sedangkan filsafat diumpamakan dengan air telaga yang jernih, tenang dan kelihatan dasarnya.4) Seorang penganut agama biasa-nya selalu mempertahankan agama habis-habisan karena dia sudah mengikatkan diri kepada agamanya itu. Sebalik-nya seorang ahli filsafat sering bersifat lunak dan sanggup meninggalkan pendiriannya jika ternyata pendapatnya keliru.5) Dalam diri seorang ahli filsafat terdapat maksud meneliti argumen-argumen yang mendukung pendapatnya dan kelemahan argumen tersebut walaupun untuk argumen dia sendiri, sedangkan dalam diri penganut suatu agama tidak terdapat keinginan seperti itu.

3)   Ahmad Mahmud Subhi, Fi `Ilm al-Kalam, Dirasat Falsafiyyah. Dar al-Kutub al-Jami`iyyah, 1969, hlm. 4.
4)   Rasyidi, op. cit., hlm. 4.
5)   Ibid
Di sisi lain Harun Nasution membandingkan pembahasan filsafat agama dengan pembahasan teologi, karena setiap persoalan tersebut juga menjadi pembahasan tersen-diri dalam teologi. Jika dalam filsafat agama pembahasan ditujukan kepada dasar setiap agama, pembahasan teologi ditujukan pada dasar-dasar agama tertentu.(6) Dengan demikian terdapatlah teologi Islam, teologi Kristen, teologi Yahudi dan sebagainya.
Pemikiran-pemikiran seperti itu kurang tepat karena pandangan masing-masing penganut agama dan filosof bersifat sepihak. Pendirian yang lebih baik dan lebih berfaedah adalah pendirian seorang penganut suatu agama yang bersedia mendengarkan uraian tentang paham atau agama lain dan meminta bukti dari paham atau agamanya itu.
Seseorang memerlukan kepiawaian dalam menge-mukakan argumen, memahami teknik analisa serta menge-tahui sejumlah bahan pengetahuan untuk memikirkan se-gala sesuatu secara logis, termasuk setiap problem kehi-dupan yang ada hubungannya dengan hal itu.(7) Melihat sesuatu itu memerlukan pemikiran luas, dan jauh dari emosi. Tetapi harus disadari bahwa agama pada satu sisi memang ditandai dengan unsur-unsur yang bersifat memihak kepada keyakinannya sendiri. Tanpa ada sifat memi-hak, agama kadang-kadang kurang terasa maknanya.

4.      Perbedaan Pendekatan Teologi Dan Filosofi
Teologi terdiri dari dua kata Theos berarti Tuhan dan Logos berarti Ilmu. Jadi Teologi adalah Ilmu tentang Tuhan atau Ilmu ketuhanan. Yang menjadi pembahasan teologi adalah Tuhan dan segala sesuatu yang terkait dengan-Nya.
Dari segi istilah teologi adalah ilmu yang membahas tentang Tuhan dan manusia serta hubungan manusia dengan Tuhan. Teologi selalu dinisbatkanpada kualifikasi tertentu, seperti teologi Islam, teologi Kristen dan ada juga teologi Feminisme.

6)   Nasution, op. cit., hlm. 11.
7)    Ibid., hlm. 11.
Mengarah pada judul, jika ditinjau dari aspek subjek dan objek teologi dan filsafat, teryata ada kesamaannya, dari arah subjeknya sama-sama membahas tentang manusia dan dari objeknya sama-sama tentang ketuhanan. Dalam teologi masalah ketuhanan dibahas sesuai dengan petunjuk wahyu sedangkan filsafat berdasarkan pada pencarian rasional tentang wujud tuhan. Pendekatan teologi lebih berciri deduktif, sedangkan pendekatan filsafat berciri induktif. Implikasi dari dua pendekatan itu juga akan berbeda. Tuhan dalam pembahasan teologi menonjolkan personifikasi Tuhan, yakni Tuhan yang telah ‘mempribadi’ ( Personal god ), sedangkan Tuhan dalam filsafat tidak menonjolkan personifikasi Tuhan ( Impersonal god ).
Menurut Karl Rahner tentang hubungan filsafat dan teologi, mengutarakan bahwa semua ilmu pengetahuan merupakan “ antropologi “ maksudnya setiap ilmu pengetahuan walaupun terarah pada objek masing-masing seperti Fisika pada alam, dan sosiologi pada masyarakat, tetapi  semua itu berdasarkan pada budi manusia . semuanya bertolak dan berpangkal pada kenyataan sejauh kenyataan itu masuk akal budi ( logos ) manusia ( Antropos ). Dan  Rahner mengakui Posisi teologi lebih rumit dari pada ilmu yang lainnya, sebab teologi harus di tinjau dari dua sudut.
1.      Yaitu sejauh teologi berarti mendengarkan wahyu pribadi dari Allah yang bebas kepada manusia maka teologi tidak berdasarkan akal budi manusia melainkan sabda Allah.
2.      Bila dipandang sebagai keaktifan ilmiyah manusia, berarti yang di wahyukan Tuhan itu kita susun secara sistematis dari sudut formal, lalu dikerjakan dan diolah secara metodis maka teologi berdasarkan logos manusia.
Ukuran kebenaran teologi dan filsafat pastinya berbeda, teologi ukurannya selain kelogisan dan tidak logis adalah Iman / Kafir, atau Halal / Haram, sedangkan filsafat adalah logis / tidak logis, atau rasional / irrasional.




Perbedaan yang terperincinya adalah sebagai berikut,
1.      Filsafat meletakkan Tuhan sebagai titik akhir seluruh pengkajiannya. Sedangkan teologi memandang Tuhan sebagai titik awal  pembahasannya.
2.      Filsafat memahami Tuhan sebagai penyebab pertama dalam semesta tetapi filsafat tidak mampu menjelaskan Tuhan dalam dirinya sendiri. Sedangkan  teologi mencobamenjelaskan Tuhan dengan berdasarkan wahyu. Tetapi keduanya tidak pernah membahas Tuhan secara tuntas.  
3.      Filsafat mendasari premisnya atas induksi / akal. Sedangkan teologi langsung dari wahyu.
Contah silogisme filsafat : setiap akibat pasti ada sebabnya
Alam = akibat. Jadi, alam mempunyai sebab.
Contoh silogisme teologi : hukuman pencuri adalah potong tangan
Fulan = pencuri. Jadi, Fulan di potong tangannya.
4.      Filsafat menjelaskan Tuhan sebagai zat yang Impersonal. Sedangkan teologi melihat Tuhan sebagai zat yang Personal.
5.      Dalil filsafat tidak tidak untuk mempertahankan keyakinan agama tertentu, tetapi menyatakan kebenaran dasar semua agama atau sebaliknya. Sedangkan teologi menerima ajaran agama tertentu sebagai suatu kebenaran dan bertujuan mempertahankankeyakinan agama tersebut. Teologi bagaikan bala tentara yang mengawal pasukan sedangkan filsafat seperti pengembara tanpa pengawal.    










Bab III
KESIMPULAN

Telah jelas bahwasanya antara Agama dan Filsafat itu berbeda, Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa. Sedangkan filsafat banyak hubungan dengan pemikiran. Dan juga yang menjadi obyek pembahasan filsafat agama ialah setiap ajaran yang ada didalam agama itu, Didalam agama itu sendiri terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek fisik dan aspek metafisik. Aspek fisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat, sedangkan aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan ghaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya.
      Pengertian dari filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.
Jika membicarakan ukuran kebenaran teologi dan filsafat pastinya berbeda, teologi ukurannya selain kelogisan dan tidak logis adalah Iman / Kafir, atau Halal / Haram, sedangkan filsafat adalah logis / tidak logis, atau rasional / irrasional.
Pada inti kesimpulan, seorang ahli agama bisa menyelidiki ajaran agamanya sendiri, demikian juga agama lain, tetapi dia harus menyadari posisinya pada waktu meneliti agama untuk menghindari banyaknya unsur subjektif yang sering muncul dalam pikiran ahli agama itu.

REFERENSI
1)      Poerwantana,Drs., Seluk-seluk Filsafat Islam, PT. Rosda, Bandung, 1988.
2)      Nur Ali, Muhammad, Kamus Agama Islam, Annizam, Cirebon, 2004.
3)      Mustofa, Drs., A., H., Filsafat Islam, Pustaka setia, Bandung, 2004.
4)      Sites.google.com/site/Afrizalmansur/filsafat-agama-
5)       



Tidak ada komentar:

Posting Komentar