Senin, 14 November 2011

KEADAAN PENDIDIKAN ISLAM DI MASA RASULULLAH SAW.

BAB. I
PENDAHULUAN


Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang sudah menjadi darah daging bagi setiap manusia di dunia, karena meninjau dari pentingnya pendidikan itu sendiri. Tanpa pendidikan manusia dianggap tidak mempunyai bekal dalam hidupnya.
Sejak dari zaman rasulullah, pendidikan sudah diajarkan pada umat manusia pada masa beliau. Pendidikan yang diajarkan yaitu pendidikan islam, pendidikan islam pada masa Nabi Muhammad SAW. Merupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya.
Pada masa awal pendidikan islam tentu saja merupakan pendidikan islam yang sistematis belum terselenggara dan baru muncul belakangan yakni dengan kebangkitan madrasah. Pendidikan bisa ditemukan di mekkah pada zaman rasulullah SAW.
            Pendidikan yang belum sistematis ini akan lebih lanjut dipaparkan dalam pembahasan inti dari kumpulan tulisan selanjutnya.








BAB. II
KEADAAN PENDIDIKAN ISLAM DI MASA
RASULULLAH SAW.

1.        Metode Pengajaran Rosullullah SAW.
Metode pengajaran ialah cara yang di gunakan guru dalam mengadakan hubungan dalam siswa pada saat berlangsungnya pengajaran, oleh karena itu, peranan metode pengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.
 Metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru, dengan kata lain, terciptalah interaksi, indukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerakan atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.
Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya, Rosulullah Saw menggunakan bermacam metode hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa diantara metode ini yang diterapkan Rosulullah Saw sebagai berikut[1] :
1.      Metode ceramah.
2.      Metode dialog.
3.      Metode diskusi atau tanya jawab.
4.      Metode demonstrasi.
5.      Metode Eksperimen.

2.        Metode Pendidikan Akhlak Rasulullah SAW.
Dengan metode pendidikan akhlak Nabi mengaplikasikannya dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersisi kisah-kisah umat dahulu kala, supaya diambil pengajaran dan iktibar dari kisah itu[2]. orang yang taat dan patuh mengikuti Rosulullah Saw, akan mendapat kebahagiaan dan orang yang durhaka mendapatkan siksa, seperti kisah korun yang bakhil dan kisah musa yang berbuat baik kepada putri suaid dan lain-lain.
Metode pendidikan akhlak ini juga dilakukan dengan menggunakan metode penegasan dan uswat alhasanah, misalnya dengan menjelaskan kriteria orang-orang munafik dan akibatnya akan mempersaudarakan antara kaum anshor dengan kaum muhazirin, metode-metode akhlak pendidikan yang diterapkan Rosulullah Saw sangat berbekas di dalam polah tingkah laku para sahabat. Hal ini dapat dilihat kondisi umat saat itu yang betul-betul patuh dan taat kepada perintah Rosulullah Saw.
Dalam metode pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Muhammad Saw pada periode di mekah dan madinah :
1.      Melalui teguran langsung.
2.      Melalui sindiran.
3.      Pemutasan dari jama’ah.
4.      Melalui pemukulan.
5.      Melalui perbandingan kisah-kisah orang terdahulu.
6.      Menggunakan kata isyarat.
7.      Keteladanan.
Sedangkan memberikan materi pendidikan dapat tergambar dari sikap Rosulullah Saw ketika terjadi kursus pembelajaran antara jibril yang berprilaku sebagai murid dan Rosulullah Saw sebagai pendidik, konsep tersebut dapat tergambar dari apa yang telah dikemukakan oleh najib kolib al’amar[3].

3.             Tahapan Pendidikan Islam di Mekah
Tahapan pendidikan yang dilakukan Rosulullah Saw sejalan dengan tahap-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum kurais. Dalam hal ini penulis pembagian kepada tiga tahap :
1.      Tahap rahasia per orangan
Pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi, mengingat kondisi sosio politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rosulullah Saw mendidik istrinya Kodijah untuk menerima dan penerima petunjuk-petunjuk Allah. Kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid Ibnu Haritsah (seorang pembantu rumah tangga)..

4.             Tahap Terang-terangan
Secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun sampai turun wahu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit sofa menyuruhkan agar berhati-hati terhadap ajab yang keras di hari kiamat.

5.             Tahap Untuk Umum
Hasil secara dakwah terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan maka, Rosulullah Saw mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada saruan umum, umat manusia secara keseluruhan.

6.             Kaedah Yang Digunakan oleh Rosulullah Saw
Kaedah itru atau metod yang digunakan oleh Rosulullah Saw mudah dipahami seperti A, B, dan C. Rosulullah Saw menggunakan pendekatan pendidikan formal ialah suatu bentuk pendidikan tidak resmi. Ia berlaku pada sembarang tempat, pada sembara waktu, pada sembarang orang tidak kira kecil apa besar. Rosulullah Saw memberi periorit kepada pendidikan formal dari pada pendidikan formal (resmi). Karena kaedah informal lebih berkesan praktikan dan memberi hasil yang cepat dan konkrit, manakala pendidikan formal hanya menambahkan teori-teori yang dijarang di praktikannya.
Sistem pendidikan Rosulullah Saw ini kelihatan mempunyai maksud untuk melahirkan manusia yang mengamalkan ilmu, baginda tidak menekankan ilmu yang tinggi atau ilmu yang banyak, sebaliknya memberi keutamaan kepada pengalaman ilmu. Oleh karena itu sistem pendidikan Rosulullah Saw tidak memberi penekanan kepada penghafal, mengingat dan menulis kembali ilmu tetap ialah pada pengamalan. Maka sudah tentu tidak apa-apa kelulusan yang hendak di keluarkan.

7.             Sumber Ambilan Pendidikan Rosulullah Saw
Dalam hal ini pendekatan yang digunakan Rosulullah Saw ialah pembinaan insan, sebab tanpa pembinaan insan (iman dan akhlak). Pembinaan material akan melahirkan masyarakat. Keamanan dan kebahagiaan hidup masyarakat akan hilang. Justru itu, sumber utama ambilan Rosulullah Saw untuk mendidik jiwa dan rohani. Langkah-langkah pendidik yang di ambil oleh Rosulullah Saw tentang jiwa dan pikiran manusia.
a.        Mendidik jiwa tauhid agar tumbuh rasa kehambaan yang tinggi terhadap Allah Swt. Ini dibuat dengan membawa manusia berfikir tentang kebesaran Allah Swt, kuasa Allah Swt, rahmat Allah Swt, serta nikmatnya.
b.        Mendidik hati agar rasa rindu dengan surga Allah Swt, rahmat Allah Swt, ke ampunan Allah Swt, bantuan Allah Swt, dan bantuan Allah Swt.
c.        Mendidik iman dan takwah di hati agar manusia takut dengan neraka dan ajab Allah Swt.
d.       Mendidik manusia agar melakukan amal soleh dan berakhlak mulia. Untuk itu Al-Qur’an banyak menceritakan sejarah hidup para Nabi dan Rosulullah Saw.
e.        Mendidik manusia agar menghindari sifat-sifat jahat dan agar selamat dari pada api neraka.

8.      Manfaat dari Metode yang Diterapkan Rasulullah SAW.
Manfaat yang diambil dari metode yang diterapkan Rosulullah Saw sebagai berikut :
a.       Mendengarkan pertanyaan dari murid.
b.      Memperkenakan kepada murid mengutarakan isi hatinya.
c.       Memilih tempat yang cocok untuk bertemu dengan peserta didik.
d.      Perhatian yang penuh terhadap murid-murid, memilih waktu yang tepat bertemu dengan peserta didik.

Dalam manfaat tersebut digambarkan wibawa, kondisi, sikap, dan sifat, serta posisi Rosulullah Saw sebagai guru menggambarkan sebagai sosok pendidik yang menguasai strategi dan metode pendidikan, Rosulullah Saw duduk di hadapan Jibril, menjawab pertanyaannya sesuai kemampuan, apabila persoalan tidak diketahui jawaban secara pasti maka Rosulullah Saw tidak malu untuk mengatakan tidak tahu, Rosulullah Saw mendengarkan secara seksama dan teliti pertanyaan yang diajukan oleh Jibril sehingga ia mampu menjawabnya dengan tepat pula, hal ini menggambarkan kondisi pelaksanaan yang kondusif[4].
Nilai-nilai pendidikan Islam pada zaman Rosulullah Saw antara lain, yaitu :
1.      Pertanyaan yang diberikan harus jelas,
2.      Pertanyaan yang akan disamapaikan harus ringkas.
3.      Persiapan jasmani dan rohani untuk mencari ilmu.
4.      Siap mendengarkan dengan baik setelah menyampaikan pertanyaan.
5.      Senang dalam menyampaikan pertanyaan dan tidak disampaikan sekaligus.
6.      Pertanyaan yang disamapaikan harus bermanfaat.
7.      Suasana pertanyaan yang akurat dan ilmia.
8.      Pemilihan waktu yang tepat untuk bertemu dengan guru, duduk mendekat dengan guru.
9.      Posisi duduk murid yang menyehatkan.
Dalam hal ini peserta didik ditentukan agar mengajukan pertanyaan yang mudah dipahami oleh guru, tidak berbelit-belit bahasa lain, singkat, dan tepat sasaran posisi Jibril sangat dekat dengan Rosulullah Saw.
Dalam hal ini mengajarkan agar siswa yang sedan belajar agar dekat dengan guru tujuannya agar komunikasi lebih lancar dan tepat menyatukan hati dengan penuh kasih sayang, Jibril mendengarkan Rosulullah Saw dengan sesama dan hati-hati dan tidak menannyakan pertanyaan lain sebelum Rosulullah Saw menjawab satu pertanyaan Jibril secara tuntas. Hal ini keliatannya sikap Rosulullah Saw sebagai pendidik sudah sepantasnya di jadikan pendidikan acuan bagi pelaksanaan, pendidikan Islam terutama dalam proses belajar mengajar, Rosulullah Saw dalam mendidik anak dapat dilihat dalam arti yang baik, namun pengajaran Rosulullah Saw dalam menghadapi anak-anak mengajar usia vuberitas sebagai berikut :
1.      Mengajar anak usia puber untuk mendiskusikan inti permasalahan sehingga pemikirannya tidak terpecah.
2.      Rosulullah Saw menguasa aspek psikis anak usia puber.
3.      Rosulullah Saw membuka dialog dengan usia anak puber.
4.      Rosulullah Saw memberikan pertanyaan yang banyak.
Dengan menjalankan pendidikan Islam di masa Rosulullah Saw untuk melihat atau kader penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi juga mengevaluasi sahabat-sahabat Rosulullah Saw, mengetahui pengetahuan para sahabat dalam memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugas untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan Rosulullah Saw, sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh parasahabat membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di hadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka namun evaluasi kemampuan untuk dijadikan utusan kesuatu daerah mengajarkan ke agama Islam misalnya berdialog Rosulullah Saw dengan muadzh bin Jabar ketika muadzh akan di utus sebagai kadi kenegara nyaman, evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara bertanya tentang suatu masalah hukum secara langsug kepada Rosulullah Saw.









BAB. III
PENUTUP


Perlu diketahui, sejak dari zaman rasulullah, pendidikan sudah diajarkan pada umat manusia pada masa beliau. Pendidikan yang diajarkan yaitu pendidikan islam, pendidikan islam pada masa Nabi Muhammad SAW. Merupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya.
Dengan metode pendidikan akhlak Nabi mengaplikasikannya dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersisi kisah-kisah umat dahulu kala, supaya diambil pengajaran dan iktibar dari kisah itu[5].
Manfaat yang diambil dari metode yang diterapkan Rosulullah Saw sebagai berikut :
a.       Mendengarkan pertanyaan dari murid.
b.      Memperkenakan kepada murid mengutarakan isi hatinya.
c.       Memilih tempat yang cocok untuk bertemu dengan peserta didik.
d.      Perhatian yang penuh terhadap murid-murid, memilih waktu yang tepat bertemu dengan peserta didik.
Demikian kesimpulan dari makalah ini, kekurangan dari makalah mohon dikritisi dan ditambahkan saran agar bisa lebih baik untuk ke depannya.




Referensi

Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag., ”Sejarah Pendidikan Islam”, Kencana, Jakarta, 2007.



[1] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag., ”Sejarah Pendidikan Islam”, Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 16.

[2] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag., ”Sejarah Pendidikan Islam”, Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 16.
[3] Ibid,.hlm. 17.
[4] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag., ”Sejarah Pendidikan Islam”, Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 19.
[5] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag., ”Sejarah Pendidikan Islam”, Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar